Usai gelaran Red Hat Summit 2023 yang diselenggarakan di Boston, Massachusetts, AS, beberapa waktu lalu, Red Hat Indonesia membagikan beberapa insight menarik khususnya terkait kebutuhan organisasi/perusahaan di era multi cloud dan artificial intelligence.
Salah satu bagian paling ditunggu-tunggu dari acara tahunan Red Hat yang kini kembali berlangsung secara offline itu adalah pengumuman seputar inovasi dan produk baru Red Hat.
Country Manager Red Hat Indonesia, Vony Tjiu menegaskan bahwa rangkaian produk dan inovasi terbaru, seperti Red Hat OpenShift AI, tak lepas dari kebutuhan organisasi dan perusahaan di era multi cloud dan di tengah bermunculannya aneka teknologi baru, seperti artificial intelligence.
Dari sisi adopsi cloud, berdasarkan data IDC, nilai pasar cloud Indonesia tahun ini mencapai Rp16 triliun atau meningkat 25,82% dari tahun 2022. Sementara Asia Tenggara diprediksi IDC akan mengalami pertumbuhan pasar cloud hingga US$11 miliar atau Rp163 triliun pada tahun 2025. Angka tersebut disebut IDC telah melampaui rata-rata pertumbuhan global.
Dari aspek keamanan, Vony menjelaskan, indeks cyber security Indonesia mengalami kenaikan dari peringkat 83 ke peringkat 47 di dunia. “Terjadi perbaikan yang cukup signifikan dibandingkan tahun lalu, namun masih banyak sekali yang harus dilakukan," komentar Vony.
Terkait perkembangan teknologi saat ini, peluncuran Strategi Nasional - Pusat Inovasi Kecerdasan Buatan (AI) Indonesia, disebut Vony Tjiu sebagai sebuah sinyal komitmen dari ekosistem AI dan pemerintah yang memastikan Indonesia mengadopsi best practice AI, terutama di sektor pemerintahan.
Menjawab kebutuhan organisasi dan perusahaan saat ini, Red Hat mengembangkan inovasi yang menyederhanakan kerumitan, mendorong pertumbuhan pendapatan, mendukung inovasi yang aman, dan mendukung skalabilitas untuk memenuhi permintaan.
Di ajang Red Hat Summit 2023, Red Hat memperkenalkan beberapa inovasinya. Pertama adalah Ansible Lightspeed dengan IBM Watson Code Assistant untuk kebutuhan IT automation. Layanan yang dibekali model-model AI Watson ini akan mengubah Natural-language commands menjadi rekomendasi automation code.
"Solusi ini membantu users untuk beroperasi dengan lebih efisien, tentunya menghemat waktu dan biaya, namun juga berhasil melakukan ekspansi terhadap siapapun untuk bisa berkontribusi dalam pembangunan automation code," jelas Vony.
Untuk meningkatkan ketahanan atau resilience dalam pengembangan software, Red Hat memperkenalkan Red Hat Trusted Software Supply Chain yang akan membantu dengan cepat dan konsisten dalam membangun dan memonitor aplikasi dan code dengan security yang terintegrasi.
Inovasi lain yang tak kalau menarik adalah Red Hat OpenShift AI. Solusi ini dibangun dan dikembangkan dari kapabilitas yang sudah terbukti dari Red Hat OpenShift dan Red Hat OpenShift Data Science, khususnya untuk menjawab kebutuhan enterprise Artificial Intelligent/Machine Learning.
Vony menjelaskan bahwaRed Hat OpenShift AI memberikan fondasi yang konsisten bagi IT Ops dan juga AI/ML Ops untuk berkolaborasi secara efisien untuk mencapai inovasi yang dibutuhkan.
Beberapa kemampuan Red Hat OpenShift AI mendatang akan mencakup model performance, deployment pipeline, custom runtimes dan AI quality metrics.
"Inovasi-inovasi terbaru dari Red Hat ini menjawab kebutuhan kunci organisasi dan enterprises di era multi-cloud dan AI, yaitu Simplify, Build, Manage & Automate, Secure, dan Scale," ucap Vony.
Baca juga: Sambut Tren AI, Red Hat Siapkan OpenShift AI, Ini Tiga Kemampuannya