Find Us On Social Media :

Dimanfaatkan dalam Pengembangan Robot Pemetik Tomat, Ini Peran ChatGPT

By Liana Threestayanti, Sabtu, 24 Juni 2023 | 21:10 WIB

ChatGPT ikut ambil bagian dalam pengembangan robot pemetik tomat yang digagas para peneliti dari Technical University (TU) Delft, Belanda, dan universitas teknik Swiss, EPFL.

ChatGPT ikut ambil bagian dalam pengembangan robot pemetik tomat yang digagas para peneliti dari Technical University (TU) Delft, Belanda, dan universitas teknik Swiss, EPFL.

Dikutip dari website The Robot Report, ChatGPT disebut berperan penting dari sejak awal pengembangan robot tersebut. 

Mengapa robot pemetik tomat? Ternyata ini adalah saran ChatGPT. Untuk memutuskan jenis robot yang akan mereka buat, para peneliti bertanya kepada chatbot AI itu, apa tantangan terbesar yang akan dihadapi manusia di masa depan. Jawaban chatbot AI itu menuntun para peneliti untuk fokus pada isu suplai makanan.

Bahkan pemilihan "tomat" juga tidak sembarangan. Menurut ChatGPT, tomat adalah salah satu tanaman pangan yang akan bernilai ekonomi tinggi jika proses panennya diotomatisasi.

“Kami ingin ChatGPT mendesain bukan sekadar robot tapi robot yang bermanfaat," tutur Dr. Cosimo Della Santina, professor asisten di TU Delft, seperti dikutip dari The Robot Report.

Dalam proses mendesain, ChatGPT memberikan saran-saran yang bermanfaat, seperti memilih bahan silikon atau karet untuk bagian tangan robot sehingga robot tidak akan menghancurkan tomat yang dipetiknya. Para peneliti juga memperoleh saran untuk menggunakan motor Dynamixel sebagai penggerak robot. 

Dalam proses ini ChatGPT berperan dalam melakukan riset. Sedangkan tim teknis lebih banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan teknis yang sekaligus memvalidasi pengetahuan AI.  

Atau dengan kata lain, peran ChatGPT adalah periset dan engineer. Sementara peneliti manusia adalah manajer yang menentukan objektif dari desain.

Awalnya, tim peneliti berencana sepenuhnya menggunakan input model bahasa besar (LLM) dalam proses mendesain robot. Namun kemudian mereka menilai hal ini akan sulit direalisasikan saat ini karena dua Alasan.

Pertama, informasi yang diberikan oleh model AI seperti ChatGPT tidak terverifikasi. Persoalan berikutnya adalah potensi munculnya pertanyaan seputar plagiarisme dan hak kekayaan intelektual.

“Padahal, output dari LLM bisa menyesatkan jika tidak diverifikasi atau divalidasi. Bot AI dirancang untuk menghasilkan jawaban yang 'paling mungkin' untuk sebuah pertanyaan, jadi ada risiko misinformasi dan bias di bidang robotik,” kata Della Santina.

Menurutnya, bukan tidak mungkin kalau saran ChatGPT, bahwa tomat akan menjadi tanaman yang paling bernilai ekonomi, mengandung bias karena tamanan lain mungkin kurang terwakili dalam kumpulan data yang digunakan ChatGPT untuk membuat keputusan.