Find Us On Social Media :

Studi: ChatGPT Butuh 500ml Air untuk Jawab 20-50 Pertanyaan User

By Liana Threestayanti, Minggu, 2 Juli 2023 | 15:30 WIB

Untuk merespons 20-50 pertanyaan, ChatGPT mengonsumsi satu botol air berukuran 500 ml, menurut sebuah penelitian oleh dua universitas terkenal di AS. Bayangkan konsumsi air ChatGPT untuk melayani miliaran pengguna. (ilustrasi botol air)

 

Untuk merespons 20-50 pertanyaan, ChatGPT mengonsumsi satu botol air berukuran 500 ml, menurut sebuah penelitian oleh dua universitas terkenal di AS. Bayangkan konsumsi air ChatGPT untuk melayani miliaran pengguna.

Miliaran pengguna terpikat oleh kecerdasan ChatGPT dalam menjawab pertanyaan dan melakukan berbagai tugas. Namun belum banyak yang menguak dampak kehadiran chatbot buatan OpenAI ini maupun sistem artificial intelligence (AI) lainnya terhadap lingkungan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Colorado Riverside dan University of Texas Arlington memberikan sejumlah wawasan tentang bagaimana ChatGPT dkk mengonsumsi air. Menurut para peneliti, konsumsi air oleh sistem AI perlu menjadi perhatian karena selain jejak karbon, kelangkaan air tawar juga menjadi tantangan terbesar bagi penduduk bumi saat ini. Pesatnya pertumbuhan populasi manusia, menipisnya sumber daya air, dan infrastruktur air yang kian usang adalah faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kelangkaan tersebut. 

Dalam studi yang berjudul “Making AI Less “Thirsty”: Uncovering and Addressing the Secret Water Footprint of AI Models” itu, konsumsi air (water consumption) mengacu pada penggunaan air bersih untuk menghasilkan listrik dan mendinginkan rak server di data center.

Menurut studi ini, kinerja sebagian besar chatbot di cloud terkemuka bergantung pada ribuan server yang ada di pusat data di seluruh dunia. Server-server tersebut menjalankan komputasi yang digunakan untuk melatih algoritma, atau model AI, dalam melakukan tugasnya. Misalnya, dalam AI generatif, seperti ChatGPT, salah satu tugasnya adalah merespons pertanyaan-pertanyaan pengguna.

Studi yang makalahnya belum melalui tahapan peer review ini menjelaskan bahwa untuk melatih model GPT-3, data center Microsoft yang canggih di AS membutuhkan 700,000 liter air bersih. Air sebanyak itu, menurut studi, dapat memproduksi 370 unit mobil BMW atau 320 unit mobil listrik Tesla. Konsumsi air ini bahkan bisa meningkat tiga kali lipat jika latihan AI itu dilakukan di data center Microsoft yang berlokasi di Asia. 

Model yang lebih canggih dan kompleks, misalnya GPT-4, tentu akan mengkonsumsi air lebih banyak dalam proses latihannya, menurut studi tersebut.

Khususnya untuk ChatGPT, masih menurut studi yang sama, inference engine chatbot AI ini perlu “minum” sebotol air (500 ml) untuk melakukan percakapan berupa 20-50 pertanyaan dengan pengguna. Bayangkan jika ada miliaran user yang menggunakan ChatGPT.

Berdasarkan temuan-temuan dalam studi ini, para penulis studi ini mendesak perusahaan-perusahaan untuk mengambil tanggung jawab sosial dan memberikan contoh dalam upaya mengatasi water footprint ini. 

Para peneliti juga meminta agar perusahaan lebih transparan mengenai data sehingga dampak sistem AI terhadap lingkungan dapat diukur dengan lebih baik, misalnya melalui penelitian seperti ini. 

Studi ini menyimpulkan bahwa jejak air atau water footprint dari model AI tidak boleh diabaikan, bahkan harus dijadikan prioritas sebagai bagian dari upaya kolektif untuk mengatasi tantangan global dalam hal kelangkaan air bersih.

Baca juga: Nih! Rekomendasi Aplikasi AI untuk Tingkatkan Produktivitas Kerja

Baca juga: Google Kembangkan Teknologi AI Gemini, Lebih Canggih dari ChatGPT