Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang mengizinkan penggunaan alat atau perangkat berbasis artificial intelligence generatif (AI) di sekolah-sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Alat-alat AI generatif, seperti ChatGPT diizinkan untuk memfasilitasi diskusi di dalam kelas dan kegiatan artistik, antara lain.
Dalam draf pedoman tersebut dinyatakan bahwa penting "mengembangkan kemampuan untuk menggunakan AI generatif dengan pemikiran" dan merekomendasikan pengenalan teknologi ini dengan batasan. Pedoman itu juga mengharuskan para guru untuk mengajarkan kepada siswa bahwa penggunaan AI untuk ujian atau tugas sekolah akan dianggap sebagai kecurangan.
Pengumuman dari Kementerian Pendidikan Jepang ini datang ketika regulator di negara tersebut berjuang untuk mengatur dan mengimplementasikan teknologi ini secara nasional. Awalnya, pejabat Jepang menunjukkan dukungan terbuka terhadap chatbot ChatGPT dari OpenAI ketika negara-negara seperti Italia melarang teknologi tersebut dan ketidakpastian lain seputar penggunaannya mulai muncul.
Anggota parlemen Jepang, Takashi Kii, mendorong adanya regulasi yang melindungi pemegang hak cipta dari pelanggaran AI. OpenAI menerima peringatan dari anggota parlemen di Jepang tentang metode pengumpulan data dan meminta perusahaan tersebut untuk berhati-hati dalam meminimalkan data sensitif yang dikumpulkan.
Pada April, sekelompok kecil pemilih yang memenuhi syarat di Jepang disurvei tentang kekhawatiran terkait AI, di mana 69,4% dari mereka menyatakan bahwa mereka ingin adanya regulasi yang lebih ketat untuk pengembangan dan implementasi AI.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR