Find Us On Social Media :

Studi: Masih Ada Kesenjangan Praktik Keberlanjutan dan Transformasi Digital di Kalangan Bisnis

By Rafki Fachrizal, Senin, 3 Juli 2023 | 18:15 WIB

Ilustrasi Transformasi Digital.

Saat ini, masih terdapat kesenjangan antara praktik bisnis keberlanjutan dan transformasi digital di kalangan perusahaan dan organisasi di Indonesia.

Fakta itu ditemui berdasarkan hasil studi terbaru dari Paessler yang bertajuk “Keeping Watch: Monitoring Your Path to Sustainable IT”.

Studi tersebut dilakukan dengan tujuan menyoroti kondisi praktik upaya keberlanjutan di kalangan bisnis saat ini dan menyelami lebih dalam tentang faktor pendorong dan penghambat dalam menerapkan praktik IT keberlanjutan.

Dalam melakukan studi ini sendiri, Paessler bekerja sama dengan Intuit Research dan studi dilakukan selama periode Desember 2022 hingga Maret 2023.

Para pengambil keputusan inti dari sejumlah perusahaan besar (dengan kisaran pendapatan USD50 juta hingga lebih dari USD 1 miliar) yang berasal dari enam negara; Singapura, Thailand, Malaysia, Indonesia, Australia, dan Selandia Baru diwawancara untuk studi ini.

Opini dikumpulkan dari para pengambil keputusan inti di tiga sektor industri utama - Manufaktur, Layanan Penting, dan Teknologi/Telekomunikasi/Pusat Data.

Dari studi tersebut, ditemukan sejumlah tantangan yang biasa ditemui para bisnis di tanah air dalam mengadopsi praktik keberlanjutan, yang termasuk; menyeimbangkan metrik ESG dengan target pertumbuhan (68%), biaya penerapan ke bisnis (50%), kurangnya kejelasan dari pembuat regulasi tentang standar pelaporan (45%), dan minimnya pengetahuan teknis tentang implementasi perencanaan (40%).

Sebanyak 75% perusahaan di Indonesia merasa sangat optimis terhadap prospek bisnis dalam tiga tahun ke depan.

Hasil studi menunjukkan bahwa banyak perusahaan masih menganggap praktik upaya keberlanjutan dan transformasi digital masih berjalan sendiri-sendiri serta tidak saling terkait.

Para perusahaan tengah berupaya mengembangkan kerangka kerja keberlanjutan dan strategi transformasi digital secara setengah-setengah.

Akibatnya, sumber daya yang mereka miliki—baik itu anggaran biaya, waktu, maupun keahlian yang terlibat—menjadi kurang efektif.

Mereka juga tidak memiliki kemampuan dan keahlian untuk mengembangkan kerangka kerja keberlanjutan dan menjalankannya; yang dengan jelas menyoroti ketidakterkaitan antara praktik keberlanjutan yang dilakukan dan perjalanan transformasi digital mereka.

Di saat bersamaan, sejumlah perusahaan di Indonesia menyadari manfaat monitoring infrastruktur IT, yang merupakan roda penggerak utama dalam strategi IT sebuah organisasi dalam membantu mengoptimalkan konsumsi energi (100%), menganalisis kebutuhan nyata pada perangkat IT tahap lanjut (100%), memantau faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, CO2, dan lain-lain (98%), mengurangi emisi (95%), dan mengukur jumlah penghematan sumber daya (95%).