Pendiri SpaceX dan Tesla Elon Musk baru saja mendirikan perusahaan ArtificiaI Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan xAI yang akan melahirkan produk produk AI lebih canggih dari kompetitor lainnya termasuk chatbot AI ChatGPT milik OpenAI.
Elon Musk pun sesumbar bahwa teknologi AI buatan xAI akan jauh lebih canggih dari kecerdasan manusia karena xAI akan membangun teknologi AI super cerdas yang akan memecahkan pertanyaan ilmiah dan matematika yang rumit dan "memahami" alam semesta.
"Saya ingin menciptakan teknologi AI yang lebih cerdas daripada manusia, mampu memberi manfaat bagi masyarakat dan memahami apa yang sebenarnya terjadi," kata Musk.
Musk mengakuu umur xAI masih seumur jagung dan butuh waktu untuk mengejar OpenAI dan Google. Saat ini pengembangan teknologi AI di publik masih berkutat dengan memprediksi gambar atau kata apa yang akan diucapkan selanjutnya serta belum mampu memecahkan pertanyaan ilmiah yang belum terjawab. Banyak peneliti AI beranggapan teknologi AI yang lebih pintar dari manusia akan terjadi beberapa dekade lagi.
"Saya berharap teknologi xAI mampu menjawab pertanyaan tentang cara kerja gravitasi yang saat ini masih menjadi misteri," ujarnya.
Jimmy Ba (Profesor Universitas Toronto dan peneliti AI terkenal yang bergabung dalam xAI) mengatakan xAI memiliki tujuan untuk menciptakan AI yang dapat membantu berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
“Bagaimana kita bisa membangun mesin pemecah masalah dan membantu kita semua, umat manusia, mengatasi masalah yang paling menantang dan ambisius di luar sana, dan bagaimana kita bisa menggunakan alat itu untuk meningkatkan dan memberdayakan diri kita sendiri,” tutur Ba.
xAI memiliki tim sebanyak 12 orang, termasuk Musk yang berperan sebagai pemimpin. Anggota di dalam tim tersebut di antaranya Igor Babuschkin, Manuel Kroiss, Jimmy Ba, dan Yuhuai (Tony) Wu.
Di situs web xAI, tertulis bahwa para anggota itu sebelumnya memiliki pengalaman di berbagai perusahaan top seperti OpenAI, DeepMind, Google Research, Microsoft Research, dan Tesla.
Mereka juga pernah mengerjakan dan memimpin pengembangan terobosan besar di bidang AI yang meliputi AlphaStar, AlphaCode, Inception, Minerva, GPT-3.5 dan GPT-4.
Selain itu, tim di xAI juga akan dibimbing oleh Dan Hendrycks yang merupakan direktur lembaga nirlaba Center for AI Safety.
xAI sendiri dikatakan sebagai startup yang terpisah dari X Corp, tetapi akan bekerja sama dengan Twitter, Tesla, dan perusahaan lainnya untuk membuat kemajuan yang sesuai dengan misi startup tersebut.
Tim xAI bakal mengadakan pertemuan di Twitter Spaces pada hari Jumat, 14 Juli 2023, di mana mereka akan membicarakan apa yang sebenarnya bakal dilakukan oleh startup ini.
Selama sesi pertemuan berlangsung, para tamu yang hadir berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan ke mereka.
Lebih lanjut, pengumuman xAI sendiri menyusul pengajuan Musk untuk mendirikan perusahaan AI pada awal tahun ini, setelah adanya laporan bahwa ia berencana untuk membuat saingan ChatGPT, chatbot AI yang merupakan besutan OpenAI.
Seperti diketahui, kehadiran ChatGPT telah membuat banyak perusahaan teknologi besar menghadirkan inovasi yang serupa.
Pada bulan Februari lalu, Microsoft memasuki ranah chatbot AI dengan menghadirkan Bing versi baru yang dilengkapi ChatGPT. Tak lama, Google mengikutinya dengan merilis AI Bard.
Raksasa teknologi di Tiongkok, Alibaba, juga telah meluncurkan saingan ChatGPT bernama Tongyi Qianwen dengan kemampuan bahasa China dan Inggris.
Dikutip dari CNET, meskipun telah mengumumkan startup AI-nya sendiri, Musk termasuk di antara lebih dari 1.000 orang berpengaruh di industri teknologi yang menandatangani surat terbuka pada bulan Maret lalu.
Surat terbuka itu mendesak laboratorium AI untuk mengambil jeda setidaknya selama enam bulan dalam pengembangan teknologi AI.
Hal itu lantaran Musk menilai adanya "risiko besar" terhadap masyarakat dari teknologi AI yang semakin hari semakin canggih.
CEO OpenAI Sam Altman dan CEO DeepMind Demis Hassabis, bersama dengan para ilmuwan dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya, pada bulan Juni lalu pun telah menandatangani pernyataan yang memperingatkan terkait risiko teknologi AI.
Sementara itu, Microsoft pada bulan Mei lalu juga telah merilis laporan setebal 40 halaman yang mengatakan bahwa regulasi teknologi AI diperlukan untuk tetap berada di depan potensi risiko dan pelaku kejahatan yang memanfaatkan teknologi tersebut.