Find Us On Social Media :

Begini Cara Pemerintah Singapura Terapkan AI Agar Tak Merugikan

By Liana Threestayanti, Senin, 7 Agustus 2023 | 16:30 WIB

Saat ini ada sebuah konsensus bahwa AI mengancam beberapa jenis pekerjaan. Bagaimana AI dapat diaplikasikan tanpa merugikan?

Saat ini, ada sebuah konsensus yang berkembang bahwa artificial intelligence (AI) merupakan ancaman bagi beberapa jenis pekerjaan. Walhasil, timbulah berbagai pertanyaan. Bagaimana AI dapat diaplikasikan tanpa merugikan, terutama dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia? 

Menyaksikan perkembangan AI belakangan ini, sebagian dari kita mungkin semakin ketir-ketir bakal terdampak. Terutama setelah munculnya ChatGPT yang memiliki kemampuan untuk melakukan aneka pekerjaan manusia dengan kinerja yang tak kalah atau bahkan  lebih baik daripada manusia.

Sejauh mana pekerjaan manusia akan terdampak oleh AI, di mana area yang terdampak, dan bagaimana para pemimpin bisnis dapat mengelola serta mengendalikan dampak tersebut? Glenn Gow yang berprofesi sebagai CEO coach dan juga kontributor Forbes mengajak kita menelaah AI Governance Framework milik Pemerintah Singapura untuk mencoba menjawab berbagai pertanyaan tersebut. 

Framework tata kelola AI ini dikembangkan oleh Pemerintah Singapura untuk membantu organisasi dan perusahaan dalam mengadopsi AI secara bertanggung jawab dan efektif. Dan yang terpenting, kerangka kerja ini memerhatikan aspek-aspek yang terkait peran manusia dalam implementasi dan pemanfaatan AI. 

Aspek utama dalam framework tata kelola (governance) ini, yaitu fokusnya terhadap “kerugian/kerusakan” (yang mungkin ditimbulkan oleh AI) yang mencakup dua hal. 

Pertama, tingkat keparahan dari kerugian (severity of harm) yang dapat ditimbulkan oleh AI dalam peran tertentu, termasuk kerusakan ekonomi, risiko reputasi, dan masalah keamanan publik. Kedua, probabilitas terjadinya kerusakan (probability of harm), jika AI dibiarkan bekerja sendirian, tanpa ada peran manusia dalam urutan (loop) pekerjaan.

AI Governance Framework berperan sebagai satu model yang dapat menjadi landasan dalam melakukan evaluasi tugas-tugas yang cocok dilakukan oleh AI dan kelebihannya dalam hal otonomi, serta mengevaluasi berapa besar otoritas manusia harus dipertahankan dalam pengambilan keputusan.

Ada tiga skenario yang diusung oleh framework ini: human in the loop, human over the loop, dan human outside the loop.

1. Human in the loop (kuadran 2, sisi kanan atas)

Dalam skenario ini, AI dapat meningkatkan dan mendukung pengambilan keputusan oleh manusia tapi peran manusia tetap penting dalam eksekusinya, karena kemungkinan dan tingkat keparahan yang sangat tinggi jika AI melakukan hal yang membahayakan.

Contoh pekerjaan di kuadran ini adalah interpretasi medis (misalnya radiologi), pengembangan software, analisis di bidang hukuml, uji di bidang farmasi, penyelesaian masalah pada layanan pelanggan yang kompleks, sumber daya manusia (rekrutmen dan evaluasi kinerja), keuangan korporasi, dan due dilligence. 

Di kuadran ini, AI dapat menghilangkan pekerjaan-pekerjaan yang paling membosankan dan memakan waktu sehingga manusia bisa lebih produktif, berkontribusi terhadap kepuasan dengan pekerjaan, meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk kerja. 

Para manajer disarankan memilih dengan cermat tugas-tugas yang bisa diambil alih oleh AI. Mereka juga harus mengedukasi dan melakukan coaching terhadap staf untuk memahami peran supporting AI sehingga staf tetap merasa berperan dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

2. Human over the loop (kuadran 1 dan 4, kiri atas dan kanan bawah)

Dalam skenario ini, AI dapat bekerja tanpa kehadiran manusia. Namun untuk mendapatkan penilaian (judgement) yang baik, sebaiknya ada pengawasan manusia, karena kemungkinan atau tingkat keparahan kerugiannya terlalu signifikan jika AI “berkuasa” penuh.

Contoh pekerjaan pada kuadran ini adalah transportasi otonom; rencana perawatan medis; fungsi-fungsi penjualan dan pemasaran, misalnya desain dan komunikasi tertulis; trading ekuitas/komoditi/aset lainnya; predictive maintenance di lingkungan industri; berbagai macam layanan konsultasi (seperti perencanaan finansial, tunjangan karyawan, dan penjadwalan tugas); dan pengelolaan dana. 

Kemampuan AI di kuadran ini terbilang superior sehingga AI sering dibolehkan beroperasi tanpa input konstan dari manusia. Namun, karena kemungkinan dan tingkat keparahan potensi bahaya yang mungkin terjadi di area ini, manusia harus mengawasi pekerjaan ini dan menengahi jika diperlukan kebijaksanaan manusia.

Para manajer disarankan mempelajari risiko penggunaan AI dalam skenario ini, memerhatikan perkembangan regulasi yang mengatur penggunaan AI, dan menerapkan program pelatihan  untuk supervisor manusia. Kewaspadaan juga harus diterapkan untuk memastikan bahwa supervisor tidak terlena dalam menghadapi kesempurnaan kinerja AI.

3. Human outside the loop (kuadran 3, kiri bawah)

Dalam skenario ini,  AI dapat mengambil keputusan sama atau bahkan lebih baik daripada manusia dan dapat bekerja secara otonom karena kemungkinan dan tingkat keparahan kerusakan dari AI sangat rendah.

Menurut model framework ini, jenis pekerjaan yang tercakup dalam kuadran ini, seperti sistem rekomendasi produk di e-commerce, sistem prediksi cuaca, prediksi supply chain demand, advertising media buying, prediksi arus lalu lintas, dan sistem pengelolaan lingkungan bangunan industrial maupun komersial.

Dalam skenario ini, manusia berada di luar loop atau urutan pekerjaan sehingga dibutuhkan sedikit sekali pelatihan atau pengelolaan khusus dalam eksekusinya. Namun, adalah penting untuk memiliki pemantauan kinerja yang efektif sebagai bagian dari feedback loop antara staf yang terdampak kehadiran AI, marketplace, dan pengembang software-nya. 

Di area ini, AI menjanjikan produktivitas tertinggi pada biaya paling rendah. Namun dengan aneka perubahan yang kerap terjadi pada lansekap bisnis, tidak disarankan untuk menerapkan pendekatan “pasang dan lupakan”. 

Baca juga: Mampu Jual Lebih Banyak, Teknologi AI Diprediksi Gantikan Sales Mobil

Baca juga: Teknologi AI Bakal Gantikan Jenis Pekerjaan ini pada 2030, Ada Penulis