Senada dengan Saurabh Sharma, ia juga menekankan pentingnya menyimpan riwayat konten yang dihasilkan dan mengidentifikasi bagaimana konten yang disintesis dibuat.
Selanjutnya adalah regulasi, misalnya aturan penandaan konten yang dibuat oleh AI, seperti yang sedang didiskusikan oleh Uni Eropa.
"Dengan begitu, pengguna setidaknya dapat memiliki cara cepat dan andal untuk mendeteksi citra, suara, video, atau teks yang dihasilkan AI," ujarnya.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah edukasi. Menurut Vitaly Kamluk, hal yang paling efektif bagi semua orang adalah menciptakan kesadaran tentang cara mendeteksi konten buatan, cara memvalidasinya, dan cara melaporkan kemungkinan penyalahgunaan. Misalnya, sekolah harus mengajarkan konsep AI dan potensi AI, termasuk potensi destruktifnya.
"Pembuat kode perangkat lunak harus diedukasi untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan mengetahui hukuman atas penyalahgunaannya," imbuhnya.
Perkenalkan Konsep Cyber Immunity
Sementara Eugene Kaspersky, CEO Kaspersky menyoroti perkembangan lanskap serangan siber saat ini. Berdasarkan data Kaspersky di 2022, ada 400.000 malware baru terdeteksi setiap hari. Sementara serangan APT menjadi sangat kompleks dan profesional.
Dalam konferensi yang bertajuk “Deus Ex Machina: Menetapkan Petunjuk Aman untuk Mesin Cerdas” ini, Eugene Kaspersky memaparkan konsep Cyber Immunity untuk menangkal serangan yang kian canggih dan dalam skala besar.
Konsep Cyber Immunity dari Kaspersky menyiratkan bahwa sebagian besar jenis serangan siber tidak efektif dan tidak dapat memengaruhi fungsi penting sistem dalam skenario penggunaan yang ditentukan pada tahap desain.
“Kaspersky Cyber Immunity adalah pendekatan yang baru-baru ini kami gadangkan di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ini mewujudkan sistem yang aman sesuai desain yang memungkinkan terciptanya solusi yang hampir tidak mungkin untuk dieksploitasi dan meminimalkan jumlah potensi kerentanan. Di zaman di mana teknologi dapat digunakan baik oleh orang baik maupun orang jahat, keamanan siber tradisional tidak lagi cukup. Kita perlu merevolusi pertahanan kita untuk memastikan kita menciptakan dunia digital yang lebih aman,” pungkasnya.
Baca juga: Begini Cara Penjahat Siber Memanfaatkan AI untuk Serangan Siber