Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bukanlah hal baru di industri komunikasi. Sejak berkembangnya teknologi digital, teknologi AI sudah banyak digunakan dalam berbagai sistem informasi.
Baru-baru ini, popularitas AI meroket berkat chatbot AI ChatGPT karena kemampuannya mengumpulkan informasi dengan cepat. Sebaliknya, perkembangan AI menuai pro kontra di kalangan ahli.
AI digadang-gadang mampu menggantikan 375 jenis lapangan pekerjaan dalam perkembangannya. Syaifa Tania, S.I.P., M.A, (Dosen Ilmu Komunikasi UGM) mengatakan saat ini teknologi AI sudah menjadi bagian dari hidup manusia walaupun ada tantangannya.
"Kondisi ini mengembangkan keterampilan pekerja yang baru agar lapangan pekerjaan tetap tersedia," katanya.
Salah satu contoh penerapan AI di industri komunikasi adalah iklan. Jadi AI digunakan untuk mengakses konten media. Ini menjadi salah satu contoh yang familiar kita temui.
"Ketika kita sama-sama membuka satu website, bisa jadi iklan yang saya terima dengan yang anda terima itu beda meskipun website nya sama,” ucap Tania seperti dilansir laman resmi UGM.
Menurutnya, automatisasi AI untuk memenuhi kebutuhan individu secara khusus inilah yang membuat AI banyak dipakai dalam industri.
"Kapabilitas ini membantu industri menemukan target pasar yang tepat, hingga informasi tersampaikan dengan efektif," ujarnya.
Tantangan Utama
Tania mengatakan ada empat tantangan utama pengembangan AI. Pertama, proteksi konsumen terhadap produk dan layanan yang digunakan yang berkaitan dengan privasi.
Kemudian, AI juga bisa digunakan untuk menyebarkan misinformasi. Lalu news diversity, personalisasi berita yang memungkinkan institusi berita dan audiens sama-sama meraih keuntungan. Kemudian ada online targeting and community standard.
"Layanan AI yang cenderung melakukan personalisasi informasi menyebabkan individu terpapar banyak informasi sejenis, sehingga muncul hambatan untuk mendapatkan informasi yang berbeda. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa hoaks saat ini mudah tersebar," ujarnya.
Rosinski Hiro, S.I.P., M.Sc, alumni Departemen Ilmu Komunikasi UGM sekaligus Head of Strategy Ambilhati menjelaskan bagaimana AI memengaruhi hidup manusia.
“Kalau kita bicara tentang industri, pekerja, profesi maka kita perlu mengenal dua konsep. Pengetahuan kita itu adalah modal utama kita, sedangkan informasi adalah komoditas. Komoditas ini tentunya sudah diakuisisi oleh Google, Instagram, atau sekarang META ya," ucapnya.
"AI selamanya tidak akan pernah menggantikan manusia, tapi manusia yang menggunakan AI lah yang akan lebih unggul,” tuturnya.
“AI mungkin bisa menawarkan informasi yang lebih cepat, murah, dan banyak. Tapi manusia lebih bisa memberikan informasi secara tepat, berkualitas dan relevan. Kalau dibanding manusia, relevansi informasi dari AI masih sangat jauh,” tambah Rosinski.
"AI tidak perlu diposisikan sebagai ancaman, justru fokus yang harus dilakukan adalah bagaimana AI bisa dimanfaatkan sebaik mungkin," ujarnya.
Baca Juga: Gandeng Scale AI, OpenAI Tingkatkan Kemampuan Model AI GPT-3.5
Baca Juga: Riset: Banyak Pekerja Ingin AI Mengotomatisasi Tugasnya, Lebih Cepat!