ChatGPT diluncurkan pada November tahun lalu dan kemudian populer dalam waktu singkat karena kemampuannya yang dinilai canggih oleh banyak orang.
ChatGPT merupakan chatbot AI yang dikembangkan perusahaan OpenAI yang mampu merespons berbagai pertanyaan dan mengerjakan tugas berbentuk teks yang diajukan penggunanya.
Di balik kecanggihan yang dimilikinya, namun selama ini ada satu kekhawatiran yang paling menonjol, yaitu keakuratan jawaban yang dihasilkan ChatGPT.
Dan menurut hasil sebuah studi terbaru, akurasi ChatGPT dinilai masih kurang baik karena gagal menjawab separuh dari total pertanyaan terkait pemrograman secara benar.
Studi tersebut dilakukan oleh Purdue University di Amerika Serikat. Studi ini menyelidiki keakuratan, gaya bahasa, dan preferensi dari ChatGPT dalam merespons pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar pemrograman, sehingga memberikan wawasan tentang kekuatan dan kekurangan chatbot AI tersebut.
Para peneliti menganalisis jawaban ChatGPT terhadap 517 pertanyaan dari Stack Overflow (SO), dan menemukan bahwa 52 persen dari jawaban tersebut tidak akurat dan 77 persen jawaban bersifat 'bertele-tele'.
Hasil studi juga menemukan bahwa jawaban yang tidak akurat sebagian besar disebabkan oleh kegagalan chatbot AI dalam memahami konteks dari pertanyaan yang diajukan.
“Dalam banyak kasus, kami melihat ChatGPT memberikan solusi, kode (untuk pemrograman), atau formula tanpa melihat ke depan atau memikirkan hasilnya,” kata tim peneliti, dilansir dari India Today.
Hasil studi ini memberikan gambaran yang kuat bahwa chatbot AI saat ini, mungkin bukanlah tool (alat) yang cocok untuk membantu membuat kode pemrograman dan bahkan mungkin memiliki efek kontraproduktif.
Apalagi, berbagai raksasa teknologi seperti Google, Apple, Amazon, dan Samsung juga telah mengeluarkan peringatan atau melarang karyawannya untuk menggunakan chatbot AI seperti ChatGPT untuk mendapatkan saran kode pemrograman.
OpenAI Bakal bangkrut?
Laporan terbaru dari Majalah Analytics India melaporkan bahwa pengguna ChatGPT mengalami penurunan.
Pengguna chatbot AI itu mengalami penurunan basis penggunanya pada bulan Juni lalu. Dan pada bulan berikutnya, jumlah orang yang menggunakan ChatGPT semakin menurun.
Meskipun 1,7 miliar orang menggunakan ChatGPT pada bulan Juni, jumlahnya menurun sebesar 12 persen pada bulan Juli 2023 dengan 1,5 miliar pengguna aktif.
Laporan tersebut juga menambahkan bahwa OpenAI belum menghasilkan keuntungan dan investasi Microsoft sebesar USD10 miliar mungkin dapat mempertahankan kelangsungan perusahaan saat ini. Sebab, kerugian perusahaan konon semakin besar dan uangnya bersumber dari kantong investor.
Selain itu, OpenAI dikabarkan harus mengeluarkan biaya sekitar USD700 ribu untuk operasinal ChatGPT setiap harinya.
Jadi, jika OpenAI tidak segera menjadi perusahaan yang menguntungkan, mereka mungkin akan bangkrut pada akhirnya.
Baca Juga: Jawab Kekhawatiran Soal Keamanan Data, OpenAI Rilis ChatGPT Enterprise
Baca Juga: Gandeng Scale AI, OpenAI Tingkatkan Kemampuan Model AI GPT-3.5