Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada mengumumkan akan membuka kelas mata kuliah kecerdasan digital tentang teknologi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan).
Menariknya, kelas ini dibuka untuk umum secara gratis. Terdapat tiga kelas yang ditawarkan yakni Kecerdasan Digital Dasar, Kecerdasan Digital Lanjutan, serta Kelas Transformasi Digital dan Pemilu.
Pendaftaran dibuka dari 18 Agustus hingga 18 September 2023. Pembukaan kelas mata kuliah kecerdasan digital ini dimaksudkan untuk mencetak talenta digital baru dan meningkatkan kesiapan digital masyarakat Indonesia.
“Hingga saat ini sudah ada sekitar 1.000 orang yang sudah mendaftar,” kata Dekan Fisipol UGM, Dr. Wawan Mas’udi.
Wawan mengatakan pembukaan kelas gratis kecerdasan digital sudah diinisiasi sejak tiga tahun lalu. Sebelumnya sudah berjalan pembukaan 20 kelas yang diikuti lebih dari 20 ribu peserta dari berbagai provinsi di Indonesia.
Menurut Wawan, adanya pembukaan kelas mata kuliah kecerdasan digital ini dalam rangka mencetak talenta digital baru serta mengajak anak muda bisa memanfaatkan peluang transformasi digital yang tengah berkembang sekarang ini.
“Kita ingin mengajak anak muda mengambil manfaat dan menjadi pemenang dari transformasi digital. Jangan sampai kita ketinggalan ketika ada peluang transformasi digital,” ujarnya.
Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani, mengatakan pemerintah mendorong percepatan transformasi digital dengan cara meningkatkan literasi digital yang masih berada di indeks 3,54.
“Indeks literasi digital kita masih 3,54 meningkat dari tahun sebelumnya 3,19, tapi itu belum cukup. Perlu ditingkatkan lagi dengan mendorong program peningkatan literasi digital nasional dengan menjangkau seluruh masyarakat, karena transformasi digital tidak boleh ada yang ditinggalkan,” jelas Semuel.
Manajer Riset CfDS Fisipol UGM, Agung Tri Nugraha, M.Sc., menyebutkan dari hasil survei Bank Dunia tahun 2018 selama rentang waktu 15 tahun, Indonesia membutuhkan sedikitnya 9 juta talenta digital baru. Oleh karena itu, setiap tahunnya Indonesia membutuhkan sekitar 600 ribu talenta digital baru.
“Sedangkan perguruan tinggi kita hanya meluluskan sekitar 100-200 ribu saja sehingga da gap 400-500 ribu talenta digital yang dibutuhkan,” katanya.
Untuk mengisi kebutuhan tenaga talenta digital, kata Agung, perguruan tinggi perlu memberikan pendidikan formal dan pelatihan vokasional. “Pemerintah tidak bisa berjalan sendirian karena ada gap besar yang harus kita isi,” tegasnya.
Sementara influencer media sosial, Danang Giri Sadewa, mengatakan transformasi digital sekarang ini membuka keterbukaan peluang kerja baru.