Find Us On Social Media :

Survei: Guru Cemas Penggunaan ChatGPT Bikin Siswa Tak Berpikir Kritis

By Adam Rizal, Senin, 11 September 2023 | 09:30 WIB

Ilustrasi ChatGPT.

Survei terbaru mengungkapkan sebanyak 98 persen guru cemas penggunaan chatbot artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ChatGPT dapat mengurangi kemampuan siswa berpikir kritis.

ChatGPT telah mulai merambah dunia pendidikan, dan pendapat mengenainya beragam di antara guru sekolah dan orang tua yang mengajar anak-anak di rumah.

Namun, pertumbuhan penggunaan ChatGPT ini memunculkan pertanyaan yang mendesak: Apakah kita sedang membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerdas, ataukah kita sedang mempersiapkan generasi yang terlalu bergantung pada teknologi tanpa kemampuan berpikir kritis yang memadai?

Menurut hasil survei tersebut, pendidik yang mengajar anak-anak di rumah (homeschooling) memiliki kemungkinan 35% lebih tinggi untuk mendukung penggunaan ChatGPT dalam pendidikan K-12 dibandingkan guru sekolah.

Kedua kelompok ini melihat manfaatnya dalam membekali anak-anak dengan keterampilan yang diperlukan untuk karier yang berfokus pada teknologi, dan sekitar 69% guru sekolah dan 68% pendidik homeschooling setuju dengan hal ini.

Secara khusus, pendidik homeschooling mulai memperkenalkan ChatGPT kepada anak-anak mereka sejak usia 11 tahun.

Namun, tidak semuanya berjalan lancar. Salah satu dari 10 guru sekolah melaporkan kasus siswa yang menggunakan ChatGPT untuk menyontek.

Beberapa guru menyoroti manfaatnya, dengan 57% dari mereka melihat ChatGPT sebagai alat yang bisa membantu siswa berkebutuhan khusus dan mengatasi masalah aksesibilitas.

Meskipun teknologi ini memiliki potensi untuk mengatasi berbagai hambatan dalam pendidikan, kita tidak boleh mengabaikan bayangan kekhawatiran yang mengintai. Sebanyak 98% guru sekolah mengungkapkan keprihatinan mereka, terutama mengenai risiko ketergantungan siswa pada teknologi dan penurunan keterampilan berpikir kritis.

Pertentangan pandangan di kalangan pendidik menggambarkan dilema klasik dalam penggunaan teknologi: potensinya untuk memberikan manfaat besar sekaligus menjadi sumber masalah besar.

Meskipun pendidik homeschooling menggunakan ChatGPT untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan disesuaikan dengan kebutuhan, mereka juga, seperti guru sekolah, memiliki kekhawatiran terhadap kelemahan alat ini.

Meskipun sekitar 44% pendidik homeschooling telah memasukkan ChatGPT ke dalam kurikulum mereka, sekitar 95% dari mereka merasa ada keberatan.