Find Us On Social Media :

Red Hat Bagikan Cara Jitu Siapkan Fondasi Andal untuk Inisiatif AI

By Liana Threestayanti, Sabtu, 16 September 2023 | 18:30 WIB

Kemajuan dan manfaat teknologi artificial intelligence (AI) bagi bisnis semakin nyata. Namun ternyata separuh dari perusahaan di dunia mengaku infrastrukturnya belum siap menopang inisiatif AI. Bagaimana sebaiknya organisasi dan perusahaan menyiapkan fondasi yang andal untuk transformasi AI? (Foto: Vony Tjiu, Country Manager Indonesia, Red Hat)

Kemajuan dan manfaat teknologi artificial intelligence (AI) bagi bisnis semakin nyata. Namun ternyata separuh dari perusahaan di dunia mengaku infrastrukturnya belum siap menopang inisiatif AI. Bagaimana sebaiknya organisasi dan perusahaan menyiapkan fondasi yang andal untuk transformasi AI?

Kehadiran dan manfaat AI menjadi semakin nyata karena ketersediaan sumber daya pendukung untuk adopsinya juga semakin banyak, seperti cloud computing dan aneka tools, termasuk open source. Penerapannya juga kian luas di berbagai bidang, termasuk sektor jasa keuangan. 

Baca juga: Adopsi Teknologi AI, Sektor Jasa Keuangan Sebaiknya Mulai dari Sini

Namun di sisi lain, menurut hasil survei 451 Research, 51% enterprise di dunia mengemukakan bahwa infrastruktur AI yang mereka miliki saat ini belum siap untuk memenuhi permintaan di masa depan. 

Padahal, firma global McKinsey memproyeksikan potensi AI untuk berkontribusi terhadap perekonomian global dengan menghasilkan tambahan output sebesar US$13 triliun pada tahun 2030. Potensi ini diperkirakan akan menghasilkan peningkatan keseluruhan produk domestik bruto (PDB) global sebesar 16%, menurut McKinsey.

Tak hanya tantangan infrastruktur, perusahaan juga kerap menemui beberapa tantangan lain ketika menjalankan inisiatif AI-nya.

“Tantangan pertama yang sering dihadapi adalah kesulitan talenta. Bagi yang sudah menjalankan proyek AI tentu tahu betapa sulitnya mencari data scientist dan data engineer. Belum lagi ketika kita terpaksa ‘rebutan’ di market dengan perusahaan-perusahaan lain,” ujar Vony Tjiu, Country Manager Indonesia, Red Hat

Tantangan selanjutnya adalah tool artificial intelligence dan machine learning (AI/ML), terutama tool yang bisa diakses secara self-service dan konsisten di seluruh pengoperasian AI. “Dan juga dari sisi bagaimana integrasinya, memiliki kekuatan the true hybrid, baik itu di on-premises, di cloud ataupun hybrid, atau di edge,” jelasnya.

Tantangan yang tak kalah peliknya, menurut Vony, adalah kompleksitas karena proyek AI akan melibatkan banyak peran.

Pendekatan Open Source dan Platform

Menjawab tantangan-tantangan itu, Vony Tjiu menyarankan dua hal: teknologi open source dan platform. Hasil survei Pulse menunjukkan, 69% perusahaan menggunakan software open source berbasis cloud untuk mendukung inisiatif AI. Dan 78% dari perusahaan-perusahaan itu memilih untuk menjalankan beban kerja (workload) AI di infrastruktur hybrid cloud. 

Mengapa open source? Menurut Vony, dengan menggunakan teknologi open source, kekuatan pengguna, termasuk kecepatan inovasi, ada di tangan pengguna. Informasi open source tersedia di mana saja, termasuk di komunitas.