Find Us On Social Media :

Akamai: Alasan Mengapa Media Generasi Baru Perlu Pendekatan Cloud Baru

By Liana Threestayanti, Senin, 18 September 2023 | 10:52 WIB

Industri streaming dan konten video online tak hanya sekadar menghadirkan konten tapi juga menyajikan pengalaman menikmati konten digital yang mengesankan, termasuk konten-konten jenis baru, bagi para pemirsanya. Untuk itu dibutuhkan pendekatan baru dalam hal infrastruktur cloud yang mendukungnya.

Penulis: Jay Jenkins, Chief Technology Officer, Cloud Computing, Akamai Technologies

[Redaksi] Industri streaming dan konten video online tak hanya sekadar menghadirkan konten tapi juga menyajikan pengalaman menikmati konten digital yang mengesankan, termasuk konten-konten jenis baru, bagi para pemirsanya. Untuk itu dibutuhkan pendekatan baru dalam hal infrastruktur cloud yang mendukungnya. 

Industri streaming dan konten video online di Asia Pasifik tengah mengalami transformasi menyeluruh. Kalau sebelumnya perusahaan-perusahaan media menerapkan model penyiaran satu arah dan tersentralisasi, kini mereka berjanji untuk menghadirkan pengalaman konten yang terdesentralisasi, disesuaikan, dipersonalisasi dan selalu ada untuk para pemirsanya. Dengan adanya transformasi ini, perusahaan-perusahaan media memiliki peluang untuk menciptakan pengalaman baru dan inovatif bagi para pelanggan mereka.

Peluang ini didorong beragam inovasi baru di bidang teknologi. Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, teknologi machine learning, dan teknik penciptaan konten terotomatisasi akan memperluas cakupan hal-hal yang bisa dilakukan dalam personalisasi storytelling. 

Namun, menghadirkan pengalaman konten generasi baru – seperti game real-time, live streaming beresolusi tinggi, serta augmented reality dan virtual reality (AR/VR) – secara mulus bagi konsumen membutuhkan pendekatan baru dalam infrastruktur yang mendasarinya. 

Untuk bisa memberikan pengalaman konten yang optimal bagi para pemirsa, kapan saja mereka menginginkannya dan di mana saja mereka berada, dibutuhkan pendekatan cloud yang benar-benar baru secara fundamental. Pendekatan baru ini diharapkan bisa menggeser cara para pengembang dan perusahaan dalam membangun, menerapkan dan mengamankan aplikasi serta data di seluruh kontinum komputasi, dari inti internet hingga ke edge, tempat konsumen menikmati konten. 

Kemampuan untuk menghadirkan pengalaman digital lebih dekat ke jutaan pengguna internet di seluruh dunia membuka banyak peluang bagi penyediaan aplikasi-aplikasi konten generasi baru. 

Kebutuhan Mendasar Media Generasi Baru 

Untuk memberikan pengalaman yang diharapkan konsumen saat ini, perusahaan-perusahaan media harus menyesuaikan strateginya. Mereka membutuhkan platform untuk menyimpan dan memroses file-file video berukuran besar, kemampuan meningkatkan kapasitas untuk memenuhi lonjakan permintaan pemirsa, dan kemampuan mendapatkan keuntungan dari investasi cloud melalui penetapan harga yang transparan dan biaya pengeluaran yang lebih rendah. 

Meskipun online streaming merupakan pengalaman yang sudah terintegrasi secara mendalam di kehidupan kita sehari-hari, menghadirkan layanan online streaming mengharuskan penyedia layanan untuk bisa mengatasi berbagai tantangan teknis unik yang tidak terlihat oleh konsumen. Ketika data berukuran besar ditransmisikan ke video stream, selalu ada risiko nyata yang dihadapi, seperti masalah latensi. Is latensi yang dirasakan oleh konsumen berupa buffering video adalah masalah terbesar dalam hal teknis dan pengalaman pelanggan. 

Di sisi lain, live video streaming adalah alat yang luar biasa bagi para distributor konten dan organisasi lain yang ingin membangkitkan semangat dan terhubung dengan para pemirsanya secara real time. 

Melakukan live video stream bisa jadi rumit karena perbedaan platform, jaringan akses, dan format streaming yang saling bersaingan di ekosistem media online saat ini. Sebagai contoh, jika jumlah penonton ternyata melebihi kapasitas server, pengguna bisa saja dikeluarkan dari acara live video streaming. Selain permintaan, performa video juga bisa menurun akibat kemacetan, latensi dan packet loss dalam jaringan, sehingga memaksa para penonton keluar dan mencari kualitas video yang lebih baik di tempat lain.