“Penjahat dan pemerintah asing yang bermusuhan sudah mengeksploitasi teknologi AI. Teknologi AI juga dapat memudahkan para pelaku kejahatan untuk menghasilkan deepfake (manipulasi penampilan wajah) dan kode-kode berbahaya serta membuatkan virus komputer," katanya.
Tak hanya itu, para pelaku kejahatan juga meminta bantuan AI supaya aksi kejahatan mereka berjalan rapi, terukuran dan lancar seperti pencucian uang hingga membuat bom.
"Para ekstremis dan teroris telah menggunakan AI untuk membuat bahan peledak dengan lebih mudah," ujarnya.
Para pejabat Badan Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA) memperingatkan Beijing mulai menggunakan AI untuk menyebarkan propaganda melalui saluran berita palsu tahun lalu.
“Ini hanyalah puncak gunung es. AI memungkinkan serangan jahat yang lebih efektif,” kata David Frederick, Asisten Wakil Direktur NSA untuk China.
Microsoft memperingatkan para aktor dunia maya yang terkait dengan China telah mulai menggunakan AI untuk menghasilkan “konten yang menarik perhatian” untuk upaya disinformasi yang telah menarik perhatian para pemilih di AS.
“Kita memperkirakan China akan terus menyempurnakan teknologi ini dari waktu ke waktu, meskipun masih harus dilihat bagaimana dan kapan China akan menerapkannya dalam skala besar,” kata Microsoft.
Baca Juga: Laris Manis, GPU AI Nvidia H100 Laku 300 ribu Unit pada Kuartal Kedua
Baca Juga: Huawei Diprediksi Bakal Kembali Rajai Pasar HP di China Tahun Ini