Find Us On Social Media :

GovTech Edu, Tingkatkan Pendidikan Indonesia Lewat Aplikasi Andal

By Wisnu Nugroho, Kamis, 5 Oktober 2023 | 13:24 WIB

Ibrahim Arief (CTO GovTech Edu) saat berbagi di acara InfoKomputer Deep Dive bertema automation

Sebagai mitra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, GovTech Edu memiliki tanggung jawab menyediakan aplikasi digital yang andal bagi ekosistem pendidikan di Indonesia. Ini tentu saja sebuah tanggung jawab yang besar, mengingat masifnya skala ekosistem pendidikan di Indonesia yang melibatkan puluhan juta murid, guru, dan sekolah. 

Karena itu, penting bagi GovTech Edu untuk secara kontinu mengoptimalkan kinerja aplikasi maupun infrastruktur pendukungnya. Automation technology pun menjadi salah satu tools untuk mencapai hal tersebut. 

Hal tersebut diungkapkan Ibrahim Arief (CTO GovTech Edu) di acara InfoKomputer Deep Dive yang diselenggarakan beberapa waktu lalu. Acara ini sendiri membahas peran automation technology dalam mengelola aplikasi dan infrastruktur digital, sehingga sistem berjalan dengan baik dan efisien.

Menjaga Momentum

Dalam membuat aplikasi bagi ekosistem pendidikan Indonesia, faktor utama yang krusial adalah kualitas aplikasi. “Karena pertumbuhannya harus organik, berdasarkan apakah aplikasi tersebut berguna atau tidak,” ungkap pria yang akrab dipanggil Ibam tersebut. Hal ini berbeda dengan aplikasi milik swasta, misalnya, yang dapat menarik pengguna menggunakan marketing tools seperti promo atau cashback.

Karena itu, tim GovTech Edu pun fokus dalam mengembangkan aplikasi yang bermanfaat. Hasilnya pun terlihat. Contohnya di Merdeka Mengajar, aplikasi berisi konten pengembangan skills untuk guru. Dalam beberapa bulan terakhir, aplikasi ini mengalami peningkatan 5x lipat per bulan dan mencapai 300.000 DAU (daily average users)

Pertumbuhan eksponensial itu terjadi karena banyak guru yang merekomendasikan aplikasi Merdeka Mengajar ke teman sejawatnya. “Ternyata dari ratusan guru yang kami training, mereka menyebarkannya ke guru yang lain,” cerita Ibam. 

Momentum ini pun harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Termasuk, menjaga sistem dapat diakses pengguna yang tumbuh sedemikian cepat. “Karena jika sistem kolaps, akan butuh waktu untuk mengembalikan growth seperti ini lagi,” ungkap Ibam. 

Di sinilah peran penting automation technology terlihat. Sejak awal, tim operasional GovTech Edu membangun sistem yang dapat meladeni lonjakan pengguna. “Jadi kami merancang sistem yang kapasitasnya sesuai untuk kebutuhan saat itu, namun bisa scale up otomatis sampai 12x kapasitas awal,” ungkap Ibam. Proses monitoring traffic yang masuk pun dilakukan setiap saat, untuk memastikan tidak adanya downtime akibat kenaikan traffic secara tiba-tiba. 

Selain infrastruktur yang elastis, kunci sukses GovTech Edu dalam menangani lonjakan pengguna adalah penggunaan platform yang saling terhubung. “Jadi ada multiple layers dari aplikasi-aplikasi kami, termasuk ada API layers yang bisa digunakan di berbagai produk,” ungkap Ibam. 

Karena ada banyak komponen yang terhubung, kompleksitas pun meningkat. Di sini, peran automation kembali terlihat. “Jadi semua [interkoneksi] ini dikelola secara automated, seperti traffic alerting saat ada indikasi peningkatan request,” tambah Ibam.

Optimasi Resources

Selain keandalan sistem, area lain yang menjadi fokus GovTech Edu saat ini adalah efisiensi. Maksudnya, bagaimana sistem yang andal tersebut juga optimal dari sisi biaya.

Untuk mencapai hal tersebut, hal mendasar yang dilakukan GovTech Edu adalah meningkatkan observability dari penggunaan resources. “Saat ini kami memiliki capacity monitor ranking yang sudah teratribusi ke setiap tribe atau business unit,” jelas Ibam. Dari pemeringkatan yang terjadi secara otomatis ini ini, proses identifikasi terhadap inefisiensi pun lebih mudah dilakukan.

Setelah itu, Ibam juga mendedikasikan dua engineer untuk menelisik secara mendalam komponen atau aplikasi yang kurang efisien dan membutuhkan resources besar. Proses tata ulang pun dilakukan, seperti menurunkan kapasitas database instances yang secara data memiliki cost yang tinggi. 

Usaha menurunkan kapasitas database ini menimbulkan efek berantai. “Ternyata ketika kapasitas database diturunkan, application server tidak perlu sebanyak itu dan bisa dikurangi,” jelas Ibam. Proses iterasi pun dilakukan terus-menerus, sehingga didapat penurunan yang signifikan. “Kami bisa mengurangi cost penggunaan cloud sampai 50%,” ungkap Ibam.

Semua usaha di atas adalah komitmen GovTech Edu untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi ekosistem pendidikan Indonesia. “Contohnya dengan Merdeka Mengajar, guru di pelosok Indonesia bisa terekspos praktik baik yang dilakukan guru di kota besar,” ungkap Ibam.  Begitu pula Rapor Pendidikan yang membantu pengurus sekolah mendapat gambaran berbasis data seputar keunggulan maupun kelemahan mereka dalam proses belajar-mengajar.

“Dengan teknologi digital, kami berharap bisa menjawab scalability yang selama ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,” tambah Ibam.