Find Us On Social Media :

Bos Microsoft Bongkar Cara Curang Google Dominasi Pasar AI di Dunia

By Adam Rizal, Kamis, 5 Oktober 2023 | 11:30 WIB

Satya Nadella (CEO Microsoft)

Saat ini perusahaan teknologi sedang berlomba-lomba menggunakan mengembangan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Microsoft pun mendapatkan perlawanan sengit dari Google yang ingin mendominasi pasar AI.

Baru-baru ini CEO Microsoft Satya Nadella frustasi menghadapi strategi Google yang ingin mendominasi dunia AI dengan cara licik.

Google telah memonopoli dan menjalin kesepakatan besar dengan berbagai perusahaan penerbit di seluruh dunia supaya konten produksinya hanya dapat digunakan oleh Google.

"Konten dalam bentuk video, teks, dan suara sangat penting sebagai "bahan bakar" untuk membangun platform AI," katanya.

Sebagai informasi, teknologi AI seperti ChatGPT milik OpenAI dan Bard milik Google menggunakan konten yang ada untuk belajar dan menghasilkan konten sesuai permintaan pengguna.

Nadella mengkritisi cara kotor Google yang ingin para pesaingnya tidak bisa menggunakan konten-konten yang ada di pasar. Hal itu sangat mirip dengan kasus monopoli Google terhadap Departemen Pertahanan AS.

Jaksa AS mengklaim saat ini Google menguasai 90 persen pasar pencarian internet di dunia. Google menggunakan cara curang untuk mewujudkan ambisinya tersebut dengan cara membayar produsen perangkat seperti Apple dan operator seluler seperti AT&T.

Google mengeluarkan USD 10 miliar setiap tahun kepada Apple, AT&T, dan perusahaan lainnya agar Google Search tetap menjadi mesin pencari utama di perangkat-perangkat warga AS.

Dominasi Google dalam industri pencarian telah menjadikan perusahaan ini pemain utama di pasar iklan, yang menghasilkan keuntungan besar.

Nadella mengungkapkan pelatihan platform AI ada tiga yaitu daya, server, dan data. Ia mengklaim bahwa Microsoft tidak memiliki masalah dengan sumber daya finansial untuk ini.

"Tidak masalah, kami siap untuk menginvestasikan dana yang dibutuhkan," ujarnya.

Tanpa secara langsung menyebut nama Google, Nadella mengkritik kesepakatan eksklusif antara perusahaan dan penerbit konten sebagai tindakan yang "problematis."