Seorang mahasiswa ilmu komputer di AS berhasil memanfaatkan artificial intelligence (AI) untuk membaca teks pada sebuah artefak kuno dari jaman Romawi.
Pemanfaatan teknologi AI telah dilakukan dalam berbagai bidang di kehidupan modern saat ini, mulai dari menciptakan gambar hingga mengemudikan mobil swakemudi atau mobil tanpa sopir.
Baru-baru ini, BBC melaporkan keberhasilan seorang mahasiswa ilmu komputer bernama Luke Farritor, 21, dari University of Nebraska-Lincoln dalam membaca teks pada sebuah gulungan kertas kuno yang berumur hampir 2000 tahun.
Gulungan tersebut adalah salah satu dari sekitar 800 gulungan yang digali di area yang merupakan kota Herculaneum, di jaman Romawi kuno pada tahun 1700-an. Para arkeolog menemukan harta karun itu di sebuah vila yang pemiliknya diduga adalah ayah mertua Julius Caesar, seorang negarawan senior Romawi.
Gulungan papirus ini masih dalam keadaan tergulung dan sudah dalam kondisi menjadi arang akibat letusan Gunung Vesuvius yang mencapai kota Herculaneum pada tahun 79 AD.
Walhasil gulungan kuno ini sangat rapuh, seketika bisa hancur menjadi debu jika kita berusaha membukanya. Inilah mengapa belum ada seorang pun yang bisa membaca teks di dalam gulungan tersebut. Namun berkat AI, kata pertama dalam gulungan itu berhasil dibaca.
Penemuan ini setelah diadakannya kompetisi berjudul Vesuvius Challenge yang diselenggarakan oleh University of Kentucky, AS, dan dimulai pada bulan Maret lalu. Ribuan gambar sinar-X 3D dari dua gulungan dan tiga fragmen papirus tersebut dirilis, serta program AI yang dapat digunakan untuk membantu menguraikan teks dalam bahasa Yunani kuno.
Menggunakan AI, Luke Farritor berhasil mengidentifikasi satu kata pada gulungan kuno yang masih tertutup rapat itu. Kata yang berhasil diidentifikasi adalah “porphyras,” sebuah kata dalam bahasa Yunani kuno yang berarti “ungu.”
Keberhasilan ini merupakan kelanjutan dari apa yang dilakukan kontestan lain dalam Vesuvius Challenge, yaitu Casey Handmer, pada awal Agustus. Casey yang berprofesi sebagai pengusaha ini memenangkan US$10.000 karena menjadi “orang pertama yang menemukan bukti substansial dan meyakinkan mengenai tinta di dalam gulungan yang belum dibuka.”
Temuan Casey Hardmer inilah yang mengarahkan Luke Farritor pada temuannya. Casey menulis postingan blog yang merinci penemuannya tentang “pola berupa retakan” pada gulungan yang ternyata adalah tinta.
Dari pola retakan tersebut, Luke menciptakan algoritma machine learning yang mengidentifikasi sepuluh huruf yang dapat dibaca pada potongan kecil perkamen. Keberhasilan ini mengantarkan Luke Farritor untuk meraih hadiah senilai US$40.000.
Vesuvius Challenge masih terus berlangsung dan menawarkan lebih banyak hadiah uang tunai kepada para peneliti yang berhasil mengekstraksi kata-kata dari gulungan-gulungan kuno tersebut.