Nilai saham Alphabet, perusahaan induk Google anjlok sebesar 9,5 persen pada kuartal ketiga.
Hal itu disebabkan oleh kekecewaan pasar atas pendapatan bisnis cloud Alphabet yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan.
Sementara itu pesaing utama Alphabet di bidang komputasi awan (cloud) Microsoft mengalami kenaikan saham sebesar 2,8 persen berkat keberhasilannya menjual layanan berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Microsoft lebih fokus mengincar klien bisnis yang mapan dan berhasil menjual layanan perangkat lunaknya. Sedangkan, Alphabet lebih fokus mengincar perusahaan startup dan sangat lambat meluncurkan solusi AI.
Strategi bisnis Alphabet itu membuat investor khawatir bahwa Alphabet bakal kalah bersaing dengan Microsoft dalam pasar cloud yang sedang berkembang pesat.
Meskipun saham Google turun 9,5 persen, analis berpendapat bahwa reaksi pasar mungkin terlalu berlebihan, terutama jika diperhitungkan bahwa pendapatan dari bisnis cloud hanya menyumbang 11 persen dari total pendapatan Alphabet.
Meskipun pendapatan cloud Google sedikit di bawah ekspektasi yaitu sebesar USD8,41 miliar tetapi pendapatan itu masih tumbuh sebesar 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Para ahli memprediksi bahwa tantangan di sektor infrastruktur AI akan menghilang pada tahun mendatang, dan integrasi dengan iklan mungkin akan memberikan manfaat jangka panjang bagi Google.
Meskipun ada persaingan di pasar cloud dari Microsoft, para investor dan pasar masih optimis dengan kinerja Google secara keseluruhan. Hal itu dikarenakan Google tidak terkalahkan di luar sektor cloud.
CEO Alphabet, Sundar Pichai, menegaskan bahwa pengoptimalan biaya pelanggan memiliki dampak pada pendapatan, dan perusahaan berencana untuk memperkenalkan serangkaian model AI, termasuk Gemini, di tahun mendatang.
"Investasi Google dalam startup AI dan kerja sama dengan perusahaan seperti Meta menunjukkan komitmen mereka untuk memperluas penawaran AI," ujarnya seperti dilansir Gizmochina.
Meskipun bisnis cloud Alphabet menghadapi tantangan, bisnis inti mereka dalam pencarian tetap kuat, memberikan harapan di tengah tantangan ini.
Para analis memperingatkan bahwa upaya untuk mengoptimalkan bisnis cloud mungkin akan memerlukan beberapa kuartal lagi sebelum memberikan hasil yang signifikan.
Namun, keahlian penelitian dan teknis yang kuat dari Alphabet tetap menjadikannya pesaing yang tangguh, bahkan dalam menghadapi persaingan ketat dengan Microsoft.
Saat pasar cloud terus berkembang, Alphabet dan Microsoft bersiap untuk menghadapi revolusi kecerdasan buatan yang diantisipasi akan terjadi pada tahun 2023.
Dengan peluncuran Gemini yang akan datang, Alphabet bertujuan untuk memanfaatkan model bahasa besar (LLM) untuk mendorong pertumbuhan, menunjukkan komitmen mereka untuk tetap memimpin dalam bidang ini.
Baca Juga: Microsoft Kucurkan Rp50 Triliun untuk Pengembangan AI di Australia
Baca Juga: Lenovo dan NVIDIA Kompak Kembangkan Layanan Bisnis Berbasis AI