Find Us On Social Media :

Bos ChatGPT: Otomatisasi AI Bakal Bikin Banyak Pengangguran

By Adam Rizal, Jumat, 3 November 2023 | 09:00 WIB

Sam Altman, CEO OpenAI.

Kehadiran teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ibarat pedang bermata dua. Satu sisi, AI dapat meningkatkan produktivitas kerja manusia sehingga jauh lebih efisien. Sisi lainnya, AI dapat menggantikan peran manusia di lapangan kerja dan menciptakan banyak pengangguran.

CEO OpenAI Sam Altman mendorong kongres AS untuk mengeluarkan regulasi yang mengatur penggunaan dan mitigasi risiko AI karena AI dapat menggantikan peran manusia di lapangan pekerjaan.

"Jika tidak diatur, AI akan membuat banyak orang nganggur dan bisa menghancurkan peradaban manusia," katanya.

Meskipun ChatGPT menjadi viral dan digunakan dalam berbagai industri, seperti pendidikan, keuangan, pertanian, dan layanan kesehatan, kehadiran AI generatif ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang penipuan  dan mengganti pekerjaan manusia. Kemungkinan otomatisasi pekerjaan AI mencapai 300 juta pekerjaan penuh waktu secara global dan mengancam jutaan pekerjaan dalam lima tahun. Menurut laporan Forum Ekonomi Dunia, sekitar 14 juta posisi bisa hilang dalam lima tahun ke depan saja.

"AI dapat memanipulasi pemilih dan penyebaran disinformasi," ujarnya.

Ia bergabung dengan para ilmuwan dan pemimpin bisnis AI dalam mengingatkan tentang risiko kepunahan akibat AI. Beberapa menganggap ini sebagai peringatan penting terhadap potensi dampak AI.

"Mitigasi risiko kepunahan akibat AI harus menjadi prioritas global di samping risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir," ucapnya.

ChatGPT menjadi viral dan ramai diperbincangkan. Para CEO menggunakannya untuk menyusun email, orang-orang membuat situs web tanpa pengalaman pengkodean sebelumnya, bahkan lulus ujian dari sekolah hukum dan bisnis. Hal ini mempunyai potensi untuk merevolusi hampir semua industri, termasuk pendidikan, keuangan, pertanian dan layanan kesehatan, mulai dari operasi hingga pengembangan vaksin obat-obatan.

Digantikan Robot 

Robot akan Ambil Alih 20 Juta Pekerjaan Manusia Pada 2030

Penggunaan robot yang masif terbukti mengambil alih pekerjaan manusia, mengingat penggunaan robot lebih efisien dalam melakukan suatu pekerjaan. Baru-baru ini, kajian Oxford Economics mengklaim robot akan mengambil alih 20 juta pekerjaan manusia pada 2030.

Oxford Economics mengungkapkan ada 14 juta robot yang akan bekerja di Tiongkok pada 2030. Kemudian, robot juga akan mengambil alih lebih dari 1,5 juta pekerjaan di Amerika Serikat (AS) dan 2 juta pekerjaan manusia di negara-negara Uni Eropa.

Ekonom Oxford Economics menemukan fakta bahwa tingkat penggunaan robot naik hingga 2,25 juta unit selama dua dekade ke belakang.Sisi positifnya, jika penggunaan robot naik 30 persen, maka nilai GDP akan meningkat hingga 5,3 persen pada 2030.

"Ini sama saja dengan meningkatkan USD 4,9 triliun per tahun untuk ekonomi global pada 2030 nanti," demikian tertulis laporan hasil studi seperti dikutip CNBC.

Alasan industri menggunakan robot karena robot terbukti ampuh mengurangi beban produksi, menambah efisiensi dan meningkatkan produktivitas serta pertumbuhan ekonomi. Sisi negatifnya, jutaan pekerjaan manusia akan hilang digantikan robot.

"Dampak robotisasi (istilah untuk dominasi robot di berbagai aspek kehidupan), jutaan pekerjaan akan hilang, terutama di bagian yang tidak membutuhkan skill khusus. Ketimpangan pendapatan akan semakin meningkat," jelas salah satu peneliti.

Jumlah robot yang berada dipasang di tempat kerja dalam 4 tahun terakhir adalah sama dengan jumlah yang digunakan selama 8 tahun sebelumnya, meningkat 2 kali lipat.

Meski ada ancaman hilangnya pekerjaan, para ekonom menyarankan pemerintah untuk tidak membuat undang-undang pelarangan otomatisasi.

"Pembuat kebijakan dan stakeholder lainnya tidak boleh frustasi dengan adopsi teknologi robot. Tantangan yang harus dipikirkan adalah bagaimana manusia bisa mendistribusikan unit robot secara rata untuk membantu para pekerja supaya pekerjaan lebih efektif dan efisien," tulis laporan tersebut.

Kajian itu juga menyarankan pemerintah untuk memberikan insentif bagi para perusahaan dan pekerja.

Baca Juga: Sangat Meresahkan, Begini Cara Ampuh Bikin Pengirim APK Kapok! 

Baca Juga: Bukan AWS, Ini Layanan Cloud Paling Banyak Dipakai Perusahaan China