Find Us On Social Media :

Seperti Ini Langkah TikTok dalam Melawan Hoaks dan Disinformasi Pemilu

By Cakrawala Gintings, Rabu, 6 Desember 2023 | 23:45 WIB

Anggini Setiawan (Head of Communications, TikTok Indonesia; ketiga dari kiri), Dewi Sari (Strategic Partnerships MAFINDO; keempat dari kiri), Anbar Jayadi (Outreach & Partnerships, Trust & Safety, TikTok Indonesia; kelima dari kiri), dan para stakeholder lain berfoto bersama usai lokakarya yang digelar TikTok bersama Forwat mengenai algoritma dan langkah TikTok lainnya dalam melawan hoaks, disinformasi, dan misinformation Pemilu 2024.

Menilik pemilu (pemilihan umum) yang lalu, jumlah hoaks serta disinformasi dan misinformation diprediksi meningkat menjelang dan pada Pemilu 2024 ini. TikTok bersama Forwat (Forum Wartawan Teknologi) pun beberapa hari lalu di Jakarta menggelar lokakarya berbagi informasi perihal algoritma TikTok dan langkah TikTok lainnya dalam melawan hoaks, disinformasi, maupun misinformation yang dimaksud.

Tak hanya itu, TikTok juga memberikan saran bagi para kreator konten, termasuk para jurnalis, dalam membuat konten untuk ditampilkan di TikTok agar tidak dinilai sebagai hal-hal tersebut. Secara garis besar, jelang Pemilu 2024 dan selanjutnya, TikTok menyarankan kepada para kreator konten untuk memastikan mengikuti Panduan Komunitas TikTok dalam membuat konten untuk ditampilkan di sana.

“Bagaimana sih upaya yang bisa kita lakukan untuk saling jaga. Kenapa kita bilang saling jaga? Kalau kita ngobrolin cara bagaimana kita mencari seluk beluk konten di platform manapun, sebenarnya upaya untuk menjaga keamanan itu ada di platform, betul, namun, paling penting juga ada di user,” ujar Anggini Setiawan (Head of Communications, TikTok Indonesia).

Pengguna

Pentingnya keterlibatan pengguna alias user ditekankan TikTok berkat algoritma dari feed “For You” yang digunakannya menempatkan pengguna dengan porsi yang sangat besar. Dengan kata lain, konten-konten rekomendasi yang muncul — konten-konten yang direkomendasikan TikTok — saat pengguna membuka TikTok antara lain berdasarkan sejarah interaksi pengguna itu, seperti konten yang disukai, konten yang dibagikan, akun yang diikuti, dan konten yang dibuat. Lagi pula, terdapat opsi untuk menyatakan ketidaktertarikan terhadap suatu konten yang bila diaktifkan akan membuat konten serupa lebih sedikit direkomendasikan TikTok.

TikTok sendiri menyebut dirinya sebagai platform distribusi video pendek dan bukannya media sosial, meski memiliki fitur media sosial. Sebagai tempat berbagi video pendek, TikTok mengeklaim algoritmanya dibangun berdasarkan content graph dan bukannya follower graph. Itulah mengapa kreator konten yang belum memiliki pengikut alias follower, konten yang ditampilkannya di TikTok bisa ditonton oleh banyak pengguna.

Selain itu, TikTok juga mengakui sistem penyaringan konten atau moderasi kontennya tentu tidak sempurna. Menggunakan kombinasi mesin dan manusia, konten yang berhasil melewati sistem penyaringan bisa saja merupakan hoaks maupun disinformasi atau misinformation. Pengguna bisa melaporkan konten yang dianggapnya merupakan hal-hal tersebut. TikTok akan memeriksa ulang konten yang dilaporkan pengguna untuk memastikan apakah konten bersangkutan benar seperti itu atau tidak. Bila benar, konten yang dimaksud akan ditarik alias tidak terbit lagi.

Platform

Sementara, dari sisi platform, TikTok menyebutkan terdapat tiga langkah besar TikTok dalam melindungi penggunanya, yakni kebijakan dan kontrol, teknologi dan manusia, serta adaptasi kebudayaan dan kustomisasi. Seperti telah disebutkan, TikTok melakukan moderasi konten dan ketiga langkah besar yang dimaksud adalah bisa dibilang sehubungan moderasi konten tersebut.

Kebijakan dan kontrol merupakan kebijakan dan kontrol dalam melakukan moderasi, seperti apa yang boleh dan tidak serta sistemnya. Teknologi dan manusia merujuk pada penggunaan teknologi dan manusia dalam melakukan moderasi. Teknologi seperti ML (machine learning) memang menawarkan throughput tinggi, tetapi sejumlah hal tetap membutuhkan manusia untuk moderasi yang lebih baik, seperti konten yang boleh tidaknya lebih kompleks. Adapun adaptasi kebudayaan dan kustomisasi, kebijakan atau aturan yang ditetapkan TikTok dalam melakukan moderasi juga memerhatikan dan menyesuaikan dengan nuansa lokal, seperti budaya dan peraturan di suatu negara.