Find Us On Social Media :

Anggota Parlemen Brasil Pakai ChatGPT Bikin Undang-undang Legislatif

By Adam Rizal, Kamis, 7 Desember 2023 | 09:00 WIB

Ilustrasi ChatGPT.

Seorang anggota dewan parlemen Brasil Ramiro Rosario menggunakan chatbot artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ChatGPT dari OpenAI untuk merancang undang-undang terkait meteran air. Penggunaan ChatGPT itu memicu diskusi tentang peran AI dalam pemerintahan. 

Uniknya, undang-undang yang dibuat ChatGPT itu langsung disahkan tanpa diskusi ekstensif. Undang-undang itu mampu mengatasi masalah meteran air dengan penggantian dan pembebasan biaya bagi pemilik properti yang menjadi korban pencurian. 

Meskipun awalnya mendapat skeptisisme, keberhasilan implementasinya menyoroti potensi AI untuk mempermudah proses legislatif dan menunjukkan pergeseran kesadaran terhadap peran positif AI dalam administrasi publik. 

Keputusan Rosario untuk merahasiakan keterlibatan ChatGPT mencerminkan kehati-hatian dalam integrasi AI ke dalam politik, menggarisbawahi kekhawatiran akan bias terhadap AI yang dapat menghambat penerimaannya seperti dikutip Gizmochina.

Namun, keberhasilan implementasi RUU yang dirancang oleh AI itu menunjukkan potensi AI untuk merampingkan proses legislatif, sehingga memungkinkan pegawai negeri untuk fokus pada aspek-aspek yang lebih penting dari peran mereka.

Insiden tersebut, yang baru terungkap setelah RUU tersebut disahkan, awalnya mendapat tanggapan skeptis, terutama dari Presiden Dewan, Hamilton Sossmeier. Namun, hal ini juga menyebabkan penerimaan yang lebih luas terhadap potensi AI dalam administrasi publik.

Pandai kasih Nasihat

Sebuah studi terbaru mengungkapkan kemampuan chatbot AI, ChatGPT, yang disebut lebih mumpuni daripada manusia dalam hal memberikan nasihat pribadi. 

Ketika ChatGPT diperkenalkan OpenAI setahun lalu, teknologi artificial intelligence (AI) pun sontak menjadi perhatian masyarakat sehingga popularitasnya juga terangkat. 

Masyarakat pun lantas mengeksplorasi dan menguji sejauh mana kemampuan si chatbot AI itu dalam membantu tugas mereka sehari-hari. Dunia bisnis pun mulai melirik seiring diperkenalkannya berbagai tool AI generatif untuk berbagai kebutuhan perusahaan, seperti pengembangan software, pemasaran, alat produktivitas dan sebagainya. 

Sebuah studi pada Frontiers in Psychology mengungkapkan, ditopang oleh model GPT-4, kemampuan ChatGPT dalam memberikan nasihat pribadi terbukti lebih mumpuni daripada manusia. Sementara pada umumnya, orang percaya bahwa untuk memberikan nasihat yang bersifat pribadi, dibutuhkan empati mansia. 

Dalam studi tersebut, sekitar tiga perempat dari responden mengatakan, jika dibandingkan dengan manusia, nasihat dari ChatGPT lebih imbang, lengkap, berempati, dan membantu. Temuan ini memperlihatkan satu pergeseran yang signifikan pada kemampuan AI untuk memahami dan merespons emosi manusia. 

Dibandingkan dengan GPT-3.5, GPT-4 disebut memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan emosi. Kemajuan ini tentu akan meningkatkan kemampuan ChatGPT dalam memberikan respons yang lebih berempati dan bisa diterima secara sosial.

Sebelumnya, tim peneliti dari Microsoft, William & Mary, dan pusat penelitian di Asia, telah melakukan penelitian untuk melihat apakah LLM (model bahasa besar) dapat memahami emosi manusia. Studi tersebut menemukan bahwa LLM, yang melandasi tool AI generatif, seperti ChatGPT, berpotensi "dapat memahami dan merespons isyarat emosional."

Kinerja Meningkat dalam Dua Kali Uji

Penelitian ini menggunakan Levels of Emotional Awareness Scale (LEAS) sebagai tes berbasis kinerja yang obyektif untuk menganalisis respons ChatGPT terhadap 20 skenario. Kemudian para ahli membandingkan kinerja Emotional Awareness (EA) chatbot AI tersebut dengan EA dari norma-norma masyarakat secara umum. 

Satu bulan kemudian, para ahli kembali melakukan uji, yang berupa penilaian perbaikan EA dari waktu ke waktu. kemudian dua psikolog independen dan berlisensi diminta mengevaluasi kesesuaian konteks dari respons-respons EA ChatGPT.

Dalam uji pertama, ChatGPT memperlihatkan kinerja yang lebih tinggi pada semua skala LEAS (Z score = 2,84) jika dibandingkan kinerja populasi secara umum. Dan pada uji kedua, kinerja chatbot AI ini memperlihatkan peningkatan yang signifikan, bahkan nyaris mencapai skor LEAS maksimal yang mungkin (Z score = 4,26). Tingkat akurasinya juga relatif tinggi (9,7/10). 

Sebagai hasilnya, para ahli menyimpulkan bahwa ChatGPT dapat menghasilkan respons emotional awareness yang sesuai dan kinerjanya dapat meningkat dari waktu ke waktu.

Penelitian ini tidak menyarankan untuk mengganti penasihat manusia dengan AI, tapi studi ini mengisyaratkan potensi chatbot AI, seperti ChatGPT, untuk meningkatkan sesi terapi. Selain itu, para penasihat manusia juga mempelajari cara AI berkomunikasi dengan empati.   

Baca Juga: OpenAI Daftarkan Merek Dagang Model AI GPT-6 dan GPT-7 di China

Baca Juga: AS Khawatir ByteDance Kembangkan Chatbot AI Pesaing ChatGPT