Di sektor kesehatan yang berkembang pesat, perpaduan kekuatan artificial intelligence (AI) dan multinomics akan memberikan dampak signifikan, menurut GlobalData.
Multinomics merupakan satu pendekatan yang menggabungkan data dari berbagai teknik “omic,” seperti genomik, epigenomik, transkriptomik, dan proteomik.
Penggabungan inovatif ini memanfaatkan kekuatan komputasi AI dan wawasan multinomics yang kaya dan beragam. Paduan keduanya disebut GlobalData akan merevolusi bidang pengobatan yang dipersonalisasi dan analisis penyakit, sekaligus menandai kemajuan signifikan dalam strategi medis dan intervensi kesehatan di masa depan.
Rahul Kumar Singh, Analis Senior Teknologi Disruptif di GlobalData, mengatakan bahwa konvergensi AI dan multinomics memungkinkan penggalian lebih dalam terhadap kompleksitas biologi manusia.
“Melalui analisis AI yang canggih, kita dapat menafsirkan data multinomics yang luas, sehingga menghasilkan terobosan dalam deteksi dini penyakit, terapi yang dipersonalisasi, dan pengembangan obat yang efisien. Pendekatan transformatif ini merupakan sebuah lompatan maju, beralih dari model yang bersifat universal menjadi perawatan pasien yang sangat individual, sehingga membentuk masa depan dunia kedokteran,” ujarnya.
Hasil analisis yang dilakukan oleh Disruptor Intelligence Center GlobalData mengungkapkan kemajuan penting dalam penerapan AI dalam multinomics yang menandai pergeseran dalam pendekatan riset dan perawatan kesehatan.
Tren tersebut diperlihatkan dalam kolaborasi antara Multinomics suite dari Google Cloud dan Quantiphi yang berfokus pada peningkatan analisis data genom untuk penemuan obat dan pengobatan presisi. Kemitraan ini juga mencerminkan semakin berkembangnya integrasi AI dalam menafsirkan data biologis yang kompleks.
Contoh lain adalah kemitraan Illumina dan AstraZeneca dalam menerapkan AI untuk analisis genom guna mempercepat penemuan drug target. Pekerjaan ini sangat penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pengembangan obat, dengan memanfaatkan data multinomics yang ekstensif.
Kolaborasi lainnya yang selaras tren ini adalah AI Collaborative yang diluncurkan oleh Nuance (perusahaan Microsoft) dan The Academy. Kerja sama ini bertujuan menerapkan AI di berbagai bidang, seperti pengobatan presisi dan pengambilan keputusan klinis, yang pada gilirannya akan dapat mengatasi tantangan-tantangan di bidang layanan kesehatan, seperti beban kerja dokter dan perawatan pasien.
Pengenalan modul genomik berbasis AI oleh Deep 6 untuk uji klinis onkologi memberikan contoh penerapan praktis AI dalam perawatan kesehatan. Teknologi ini menggunakan pemrosesan bahasa alami (NLP) untuk mencocokkan pasien dengan uji coba dengan lebih cepat dan akurat. Contoh ini memperlihatkan bagaimana AI dapat menyederhanakan proses penelitian.
Sementara TeraRecon dari ConcertAI menghadirkan AI dalam uji klinis dan perawatan pasien, dengan fokus pada pengelolaan dan pengembangan model AI. Inisiatif ini menegaskan peran AI dalam meningkatkan metodologi penelitian dan pengambilan keputusan klinis, yang selanjutnya mengintegrasikan AI ke dalam struktur inovasi layanan kesehatan.
“Perpaduan ini bukan sekadar peningkatan teknologi; ini adalah perubahan paradigma dalam penelitian dan praktik perawatan kesehatan. Potensinya sangat besar, mulai dari mengungkap mekanisme penyakit yang rumit hingga merancang protokol pengobatan yang sesuai pesanan,” ujar Singh.