Find Us On Social Media :

Red Hat: Komputasi Edge, AI untuk Hadirkan Pengalaman Retail Terbaik

By Liana Threestayanti, Jumat, 2 Februari 2024 | 19:00 WIB

Salah satu teknologi yang terus diulik oleh para peretail adalah komputasi edge dan kini ditambah artificial intelligence (AI). (ilustrasi teknologi retail)

Penulis: Shobhan Lakkapragada, Senior Director of Product Management, Edge Computing, Red Hat

[Redaksi]Harapan pelanggan dan dinamika pasar mendorong para peretail untuk terus meningkatkan penggunaan teknologi di tengah ketatnya biaya operasional. Salah satu teknologi yang terus diulik adalah komputasi edge, dan kini ditambah artificial intelligence (AI). 

Tahun 2024 telah tiba dan keriuhan holiday shopping sudah kita lewati. Apakah Anda berhasil membeli semua kado sebelum musim libur tiba, atau Anda adalah tipe yang belanja di detik-detik terakhir, saya yakin ada beberapa pesan yang Anda ingin sampaikan kepada para peretail agar pengalaman berbelanja Anda lebih lancar lagi. 

Apakah pengalaman berbelanja di dalam toko kacau? Apakah Anda bisa menggunakan layanan self-checkout? Apakah ada pilihan untuk berbelanja online dan pengambilan di toko yang menyediakan informasi inventori terbaru? Ini adalah pertanyaan yang kita tanyakan kepada diri sendiri sebagai pembelanja, tapi bagaimana para peretail mewujudkannya?

Ada banyak potongan dalam teka-teki ini. Namun yang paling jelas salah satunya adalah artificial intelligence (AI). AI adalah bagian penting dari transformasi retail, mulai dari self-checkout hingga manajemen inventaris dan banyak lagi. 

Namun peretail jangan sekadar “mengaktifkan AI” di toko mereka. Mereka harus mengimplementasikan platform enterprise tunggal untuk komputasi edge yang akan mendukung AI dan teknologi penting lainnya dalam strategi transformasi mereka. 

Di dalam lingkaran kepemimpinan enterprise, komputasi edge terus menjadi topik diskusi. Baik itu berupa teknologi edge di luar angkasa, kendaraan berbasis software sebagai perangkat komputasi edge atau sensor jarak jauh di gurun, komputasi edge membantu mendorong inovasi yang transformatif di semua industri.

Tingginya harapan pelanggan dan dinamika perubahan pasar mendorong peningkatan penerapan teknologi retail. Diakselerasi oleh pandemi, restoran dan supermarket harus mengubah model bisnis untuk memberikan pilihan-pilihan, seperti penjemputan barang (curbside pickup) dan e-commerce. 

Upah pekerja juga naik, tapi biaya teknologi inti menurun, terutama yang berada di edge. Artinya, peretail mulai menjajaki solusi baru untuk membantu menghadirkan pengalaman belanja pelanggan yang lebih efisien dan terpersonalisasi, termasuk:

Komputasi Edge untuk Tingkatkan Pengalaman Konsumen 

Sebagai hasilnya, kami melihat para peretail, termasuk pelanggan Red Hat, berinvestasi di tiga area inti: modernisasi point of sale (POS), computer vision, dan otomatisasi gudang.

Contohnya adalah salah satu pelanggan Red Hat, yang melayani lebih dari 65 juta pelanggan di seluruh Amerika Utara, dengan 1.200 toko di seluruh negara. Pelanggan ini dihadapkan pada persoalan biaya operasional yang meningkat, kebutuhan untuk terus meningkatkan pengalaman pelanggan dalam toko saat checkout/dengan program loyalty, dan tuntutan untuk terus-menerus mengelola sistem POS di seluruh toko di negara tersebut dengan efisien. Peretail ini pun harus mengevaluasi kembali jejak teknologinya.

Untuk melakukan itu, perusahaan tersebut memilih untuk mengatur ulang infrastruktur POS-nya dengan menerapkan pendekatan platform enterprise tunggal untuk komputasi edge, menggunakan Red Hat Enterprise Linux (RHEL), Red Hat OpenShift dan Red Hat Ansible Automation Platform.

Upaya ini menjawab 4 tantangan teknis utama, yaitu:

  1. Memahami cara deployment RHEL dalam format yang berfokus pada edge untuk mengembangkan aplikasi POS baru;
  2. Migrasi ke sistem POS serverless dengan melakukan kontainerisasi aplikasi;
  3. Menjaga postur keamanan yang kuat dan proteksi payment card industry (PCI) menggunakan immutable image (gambar yang tidak bisa diubah) dari RHEL dan aplikasi-aplikasi yang dikontainerisasi;
  4. Mengaktifkan semua peripheral  yang terhubung dan PCI-compliant, seperti barcode scanner, PIN pad, dan printer untuk mencetak tanda terima, supaya bisa berjalan di aplikasi POS yang dikembangkan ulang.

Peretail itu memilih melakukan modernisasi infrastruktur POS dengan platform enterprise yang bisa membantu menjawab kebutuhan network edge di industri retail. Dengan pendekatan ini, peretail dapat men-deploy data lebih dekat dengan tempat data tersebut dikumpulkan, dan tempat sebagian besar interaksi pelanggan terjadi, dalam kasus ini, di salah satu dari 1.200 toko pelanggan kami.

Sejak modernisasi POS dilakukan, peretail tersebut dapat merespons kondisi pasar yang berubah dengan lebih baik dan lebih cepat, menciptakan pengalaman konsumen yang berbeda, dan meningkatkan outcome operasional dengan lebih efisien. Dengan infrastruktur yang andal dan konsisten, mereka bisa sepenuhnya fokus pada kepatuhan dan kontrol keamanan.

Ketika harus dilakukan pemeliharaan atau update keamanan, otomatisasi membuat tim TI bisa melakukan deployment atau penyebaran sesuai kebutuhan, sekaligus menjaga pola pikir security-first. Hal ini bisa berarti mendeteksi potensi-potensi masalah sebelum mencapai produksi dan memitigasi atau langsung mengatasi masalah-masalah tersebut. Hal itu bisa dilakukan karena tim terbebas dari rutinitas pemeliharaan yang memakan waktu, dan fokus pada hal-hal yang lebih penting: yaitu keamanan TI dan pengalaman pelanggan. Hasilnya, pengalaman pelanggan menjadi lebih positif dan mengurangi biaya operasional serta mendongkrak keuntungan.

Perjalanan (transformasi ini) mungkin berbeda (untuk setiap perusahaan). Namun hasil akhirnya sama, meningkatkan pengalaman pelanggan, mendorong efisiensi operasional, dan membuka peluang pendapatan baru.

Banyak pelanggan menerapkan solusi modern berbasis AI dan computer vision dari pengembang software (ISV) untuk meningkatkan pengalaman self-checkout konsumen, berupa pengalaman yang lebih ramah bagi pengguna ketimbang sekadar memindai barcode. Pelanggan bisa mengambil barang, meletakkannya dalam keranjang, dan melangkah keluar tanpa harus “check out” atau menunggu di antrean untuk membayar. Atau aplikasi berbasis AI yang bisa membantu menganalisis jumlah pelanggan yang masuk ke toko (footfall) untuk memahami perilaku konsumen, dan solusi loss prevention modern yang tidak mengandalkan RFID atau security tag yang ditempelkan pada barang.

Untuk menerapkan tipe-tipe aplikasi seperti ini, peretail membutuhkan platform pengembangan aplikasi enterprise modern untuk server dalam toko yang terhubung ke aplikasi core mereka di hybrid cloud. Red Hat OpenShift dan Red Hat OpenShift AI membantu pelanggan mendeploy aplikasi ini, baik yang dikembangkan sendiri atau dibangun oleh ISV, pada platform tersebut.

Red Hat baru-baru ini mengumumkan ketersediaan Red Hat Device Edge. Red Hat Device Edge menyediakan platform yang lebih konsisten yang dirancang untuk lingkungan dengan sumber daya terbatas, terutama yang membutuhkan komputasi untuk perangkat kecil di perangkat edge. Hal ini menjadikannya solusi ideal untuk sistem POS retail. 

Red Hat Device Edge menggabungkan MicroShift, sebuah proyek komunitas open source yang enterprise-ready dan disupport oleh Red Hat dalam pendistribusiannya, dengan Red Hat Enterprise Linux dan Red Hat Ansible Automation Platform untuk pengelolaan Day 1 dan Day 2 yang lebih konsisten pada ratusan hingga ribuan situs dan perangkat.

Baca juga: Red Hat: Tiga Tren Kunci Ini Bakal Berdampak Signfikan di Asia Pasifik