Find Us On Social Media :

Riset: Remaja yang Kecanduan TikTok Cenderung Derita Kesehatan Mental

By Rafki Fachrizal, Selasa, 20 Februari 2024 | 11:30 WIB

Ilustrasi Aplikasi TikTok.

Sebuah riset terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Psychiatry Research telah memberikan wawasan menarik tentang bagaimana TikTok dan aplikasi video pendek serupa berdampak pada kehidupan remaja.

Penelitian ini membedakan antara bukan pengguna, pengguna moderat (sedang), dan pengguna yang kecanduan platform ini.

Hasilnya, ditemukan bahwa pengguna yang kecanduan TikTok cenderung menderita kondisi kesehatan mental, kinerja akademik, dan hubungan keluarga yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan pengguna yang tidak kecanduan.

Dikutip dari PsyPost.org, riset bertajuk "Penggunaan TikTok dan faktor psikososial di kalangan remaja: Perbandingan antara bukan pengguna, pengguna moderat, dan pengguna yang kecanduan," ditulis oleh Miao Chao, Jing Lei, Ru He, Yunpeng Jiang, dan Haibo Yang di Tianjin Normal University dan Pusat Inovasi Kolaboratif untuk Penilaian dan Promosi Kesehatan Mental, di Cina.

Seperti diketahui, era digital telah mendorong aplikasi video pendek seperti TikTok menjadi populer - terutama di kalangan remaja.

Riset sebelumnya telah banyak mengeksplorasi dampak yang lebih luas dari penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental, menyoroti kekhawatiran akan peningkatan depresi, kecemasan, dan stres.

Namun, dampak dari platform video pendek seperti TikTok, yang ditandai dengan kontennya yang singkat namun menarik, masih kurang dipahami oleh banyak orang hingga saat ini.

Kesenjangan ini mendorong tim peneliti untuk menganalisis platform ini dengan membedakan antara pola penggunaan yang moderat dan adiktif - dan kemudian menemukan hubungan pola tersebut dengan berbagai faktor psikososial.

Motivasi di balik penelitian ini berasal dari kebutuhan mendesak untuk memahami implikasi penggunaan aplikasi video pendek di kalangan remaja - sebuah demografi yang sangat rentan terhadap dampak buruk media sosial.

Dengan TikTok dan platform serupa yang semakin populer di kalangan anak muda, para peneliti ingin mengungkap apakah keterlibatan digital ini hanya berfungsi sebagai hiburan semata, atau memiliki konsekuensi yang lebih dalam bagi kesehatan mental, kehidupan akademis, dan hubungan kekeluargaan para pengguna muda.

Untuk mengungkap dinamika yang rumit ini, penelitian ini mensurvei 1.346 remaja di tiga sekolah di Cina, mengkategorikan mereka menjadi bukan pengguna, pengguna moderat, dan pengguna yang kecanduan berdasarkan keterlibatan mereka dengan platform video pendek.

Para peserta dinilai dari berbagai sisi, termasuk kondisi kesehatan mental, stres akademis, hubungan dengan orang tua, dan pengalaman perundungan.

Analisis korelasional ini memungkinkan para peneliti untuk mengeksplorasi hubungan antara pola penggunaan aplikasi video pendek oleh remaja dan spektrum faktor psikososial.

Pengguna yang kecanduan melaporkan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang jauh lebih tinggi.

Selain itu, mereka menghadapi tantangan akademis yang lebih besar, termasuk tingkat stres yang lebih tinggi, kinerja yang lebih buruk, dan lebih sering menjadi korban perundungan.

Hubungan keluarga mereka juga terganggu, ditandai dengan gaya pengasuhan yang lebih negatif dan tingkat pendidikan orang tua yang lebih rendah.

Sebaliknya, pengguna moderat tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kesehatan mental atau kinerja akademik dibandingkan dengan non-pengguna, meskipun lingkungan keluarga mereka menunjukkan karakteristik yang berbeda.

Terlepas dari wawasannya, penelitian ini mengakui adanya beberapa keterbatasan. Misalnya, ketergantungannya pada data yang dilaporkan sendiri dapat menimbulkan bias, dan penerapan temuan di luar demografi remaja Cina masih belum pasti.

Selain itu, desain cross-sectional menghalangi pembentukan kausalitas antara penggunaan aplikasi video pendek dan hasil yang diamati.

Para peneliti juga memperingatkan terhadap kemampuan generalisasi dari skor batas yang digunakan untuk mendefinisikan "penggunaan adiktif" - menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan di berbagai konteks budaya dan kelompok usia.

Baca Juga: Akhirnya TikTok Resmi Jadi Pemegang Saham Pengendali Tokopedia