Perkembangan teknologi digital makin cepat dan dinamis. Kompleksitas teknologi terbaru seperti Kecerdasan Artifisial atau Artificial Intelligence (AI) menjadikan World Economic Forum menempatkan AI sebagai risiko global terbesar yang dihadapi umat manusia dalam jangka pendek.
"The Global Risks Report 2024 menunjukkan dalam jangka pendek atau dua tahun ke depan, misinformasi dan disinformasi sebagai risiko terbesar yang akan dihadapi manusia. Bahkan isu perubahan iklim menempati nomor dua," tandasnya dalam Ramadhan Public Lecture UGM di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Wamen Nezar Patria menyontohkan keberadaan AI sebagai salah satu teknologi terkini yang berperan sangat krusial baik dalam pertahanan negara. "Keberadaan teknologi baru AI secara politik dan sosial bahkan mengancam demokrasi secara global," ungkapnya.
Dalam satu dekade ke depan, teknologi AI akan berdampak luas terhadap kehidupan demokrasi dengan beredarnya disinformasi dan misinformasi membawa kekacauan informasi, terutama penyebaran informasi keliru pada masa pemilihan umum. Menurut Wamenkominfo, internet dan media sosial memainkan peran kunci dalam menyebarkan propaganda dan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap konflik pada skala nasional.
“Peperangan informasi dimana manipulasi opini publik menjadi senjata yang efektif kemajuan teknologi dan perubahan strategi militer telah membawa peran ke dimensi baru mencakup perang siber, perang informasi dan perang proxy globalisasi," tuturnya.
Wamen Nezar Patria menyatakan tidak ada prediksi yang tepat bahwa dunia akan menghadapi masalah akibat perkembangan teknolgi AI.
"Namun ada satu hal yang pasti bahwa AI akan hanya bisa bekerja dengan memakan data untuk bisa memperkuat algoritma. Dan AI ini akan menentukan masa depan dunia dan sangat potensial menggeser kekuatan geopolitik," ujarnya.
Ibarat "Bom Atom"
Wamenkominfo mengibaratkan teknologi AI seperti bom atom sebagai cermin kekuatan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat. Menurutnya, Perang Dunia ke-2 diakhiri dengan meledaknya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang takluk.
“Bom atom adalah teknologi fisika atom paling mutakhir pada masa itu. Amerika Serikat lakukan pengembangan teknologi ini dimulai dari Albert Einstein sampai dengan Robert Oppenheimer kemudian dipercepat pengembangannya oleh kebutuhan militer. Dan jadilah bom atom sebagai senjata pamungkas yang menakutkan,” tuturnya.
Berkaitan dengan AI, saat in banyak negara maju berlomba-lomba menciptakan AI sampai level tertinggi yang paling memungkinkan. termasuk pengambilan keputusan mandiri tanpa campur tangan manusia.
“Kita sudah menyaksikan Perang Rusia versus Ukraina. Melalui teknologi AI Ukraina menentang lawannya Rusia yang jauh lebih superior dari segi militer. Anggaran Rusia sepuluh kali lipat dari Ukraina. Dengan persenjataan yang dilengkapi AI, Ukraina bisa mempertahankan kota-kota dari infrastruktur mereka,” jelas Wamen Nezar Patria.
Karena itu, Wamenkominfo menekankan arti penting penguasaan teknologi terbaru agar Indonesia sejajar dengan negara maju di dunia.
“Teknologi itu kemudian tak hanya dikembangkan oleh Amerika Serikat tapi juga saat itu yang sekarang menjadi Rusia dan ini juga oleh Cina. Pelajaran yang terpenting dari perkembangan itu adalah bahwa negara yang dengan cepat mengintegrasikan teknologi baru ke dalam strategi militer akan menjadi pemenang dalam peperangan,” tandasnya.
Baca Juga: Kriteria Perangkat AI PC yang Bisa Menjalankan OS Windows 11
Baca Juga: Alasan Kolektif AI Jauh Lebih Canggih dan Tangguh dari ChatGPT