Pengusaha asal AS, Frank McCourt, menyatakan minatnya membeli TikTok. Frank yang ditaksir memiliki kekayaan US$1,4 miliar (atau sekitar Rp.22 triliun) mengaku sedang membangun konsorsium untuk mengambil alih kepemilikan Tiktok dari tangan perusahaan asal China, ByteDance.
ByteDance saat ini memang “dipaksa” Pemerintah AS untuk menyerahkan kepemilikan Tiktok. April lalu, Presiden AS Joe Biden menandatangani perintah yang mengharuskan ByteDance menjual Tiktok ke perusahaan di luar China sebelum 19 Januari 2025. Jika tidak, Tiktok akan dilarang beroperasi di AS.
Perintah ini dikeluarkan dengan alasan Tiktok telah melanggar hak privasi warga AS. Tiktok juga dianggap membahayakan keamanan nasional AS karena data pengguna dapat diakses Pemerintah China.
ByteDance sendiri langsung menggugat Pemerintah AS terkait putusan ini. Mereka menyebut, data pengguna Tiktok wilayah AS ditempatkan di data center milik Oracle, sehingga tidak mungkin diakses Pemerintah China. Tiktok pun menyakinkan kalau data pengguna tidak pernah diakses pihak luar.
Sampai saat ini, belum ada tanggal resmi kapan gugatan ini akan disidangkan. Jika gugatan tersebut gagal, ByteDance memiliki dua pilihan. Menjual kepemilikan Tiktok atau tetap memiliki Tiktok dan rela kehilangan 170 juta pengguna Tiktok di AS.
Siapa itu Frank McCourt
Frank McCourt sendiri adalah pengusaha kelahiran Boston yang memulai karirnya sebagai pengusaha properti. Pria kelahiran 70 tahun lalu itu kemudian mengembangkan bisnisnya, termasuk ke sektor olahraga. Pada tahun 2004, McCourt membeli salah satu klub baseball terbesar di AS, Los Angeles Dodgers (dan ia jual pada tahun 2012).
Di tahun 2016, McCourt membeli klub sepakbola Perancis, Olympique Marseille, dengan nilai US$50 juta.
Sementara interaksi McCourt di dunia teknologi baru dimulai pada tahun 2021 dengan mendirikan Project Liberty. Ini adalah organisasi nirlaba yang memiliki visi membangun infrastruktur internet generasi baru. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah membuat Decentralized Social Network Protocol (DSNP) yang merupakan platform open source untuk membangun media sosial.
Terkait Tiktok sendiri, McCourt menyebut akuisisi ini menjadi penting untuk menjaga demokrasi dan kesehatan mental warga AS. “Akuisisi ini adalah kesempatan emas untuk mengubah model bisnis Tiktok yang telah mengeksploitasi pengguna internet,” ungkap McCourt.
Jika berhasil menjadi pemilik baru Tiktok, McCourt berjanji akan memberikan kontrol lebih kepada pengguna terkait data dan identitas digital mereka. Ia juga akan melibatkan akademisi, teknokrat, pakar perilaku, dan ahli ekonomi untuk membuat Tiktok lebih aman digunakan pengguna, terutama kaum muda.
Visi McCourt ini sendiri didukung beberapa tokoh penting dunia. Salah satunya adalah Sir Tim Berners-Lee, pencipta internet. “Internet yang saya rintis bertujuan memberi kekuatan bagi setiap individu, yang sayangnya tidak terjadi saat ini. Pengguna internet seharusnya memiliki kewenangan untuk mengontrol data mereka, dan pada siapa data tersebut dapat digunakan,” ungkap Tim Berners-Lee.
Kita tunggu saja bagaimana nasib Tiktok di tengah perebutan kekuasaan ini.