ByteDance tidak akan pernah menjual operasional TikTok ke perusahaan Amerika Serikat (AS) untuk memenuhi tuntutan kongres AS yang mengancam melarang dan menutup TikTok. ByteDance menilai algoritma TikTok sangat rahasia dan krusial bagi bisnis. Selain itu Algoritma TikTok sangat bagus dan akurat merekomendasikan video-video berdasarkan minat pengguna berbeda dengan platform media sosial lainnya.
Meskipun sebagian anggota DPR AS tidak setuju dengan pemblokiran TikTok, RUU pemblokiran TikTok tetap berlanjut. Sesuai dengan RUU tersebut, ByteDance harus menjual TikTok dalam waktu enam bulan, dengan batas waktu hingga Oktober 2024.
Dalam RUU ini, TikTok memiliki dua pilihan yaitu menjual operasional TikTok ke perusahaan AS supaya terus beroperasi atau TikTok diblokir di AS. Keputusannya, ByteDance lebih memilih menghentikan operasional TikTok di AS ketimbang menjual TikTok ke perusahaan AS, jika proses hukum dan pembicaraan dengan pemerintah AS gagal.
Alasan lainnya, berdasarkan sumber Reuters mengungkapkan kontribusi pendapatan TikTok ke bisnis ByteDance sangat kecil sehingga ByteDance tidak rugi jika menjual operasional TikTok ke perusahaan AS. ByteDance menilai menjual TikTok ke AS akan sia-sia karena tak akan membuat ByteDance untung dari segi bisnis dan finansial, belum lagi kerugian yang ditimbulkan dari algoritma TikTok yang terekspos seperti dikutip Reuters.
Ditandatangani Biden
Presiden Joe Biden sangat ingin menandatangani RUU karena ingin memanfaatkan situasi politik ini untuk meningkatkan popularitasnya menjelang pemilu. Langkah itu merupakan bagian dari respons AS terhadap kekhawatiran akan keamanan nasional terkait ancaman dari China.
Namun, TikTok melakukan perlawanan terhadap RUU dengan mencoba memobilisasi basis pengguna mereka. RUU ini mendapat banyak kritikan dan penentangan dari jutaan TikTokers asal AS yang didominasi kalangan milenial dan Gen-Z. Saat ini TikTok digunakan oleh sekitar 170 juta orang di Amerika, menjadi perhatian utama di Washington
Beberapa pengguna TikTok muncul dengan pop-up di TikTok yang mengklaim bahwa RUU itu mencabut hak konstitusional warga AS untuk berekspresi secara bebas. RUU itu juga dapat merusak bisnis, menghancurkan mata pencaharian, dan menghambat seniman dalam menciptakan konten.
"RUU ini memiliki konsekuensi yang besar smdan merugikan bagi banyak pihak, termasuk kreator konten dan bisnis kecil. TikTok sama sekali tidak mengancam warga AS," kata CEO TikTok Shou Zi Chew seperti dilansir The Guardian.
Meskipun beberapa anggota parlemen mendukung langkah ini sebagai perlindungan terhadap warga AS, TikTok dan sebagian pengguna mereka menentang RUU tersebut dengan alasan pelanggaran hak konstitusional dan potensi dampak buruk terhadap bisnis dan pekerjaan.
Masih belum jelas apakah China akan menyetujui penjualan aset TikTok di AS atau bagaimana skenario jika ByteDance gagal melakukannya dalam waktu yang ditentukan. Keberlanjutan TikTok di AS bergantung pada hasil negosiasi antara ByteDance dan pemerintah AS terkait perlindungan data pribadi pengguna. Saat ini TikTok telah memindahkan data pengguna AS ke server yang berlokasi di AS dan dikendalikan oleh Oracle.
Baca Juga: Harga HP Diprediksi Makin Mahal Usai TSMC Bakal Naikan Harga Chip
Baca Juga: Kurangi Risiko, Kominfo Dorong Pemanfaatan Teknologi AI Secara Etis
Source | : | Reuters |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR