Ketika ditanya bagaimana perusahaan investasi mengevaluasi peluang proyek energi surya di pasar berkembang seperti Indonesia, Helen menjawab, “Di Asia Tenggara, energi surya masih berada pada tahap awal. Kuncinya adalah memulai proyek yang tepat dan memastikan bahwa biaya pembiayaan memungkinkan tingkat pengembalian internal yang baik. Kami melihat tingkat pengembalian internal dari proyek surya dan periode pengembalian keseluruhan. Mengenai subsidi, meskipun bermanfaat, mereka dapat menyebabkan volatilitas pasar dan harga energi surya telah turun begitu banyak sehingga hampir setara dengan bahan bakar fosil.”
Inovasi Teknologi dan Pembiayaan: Kunci Sukses Implementasi Energi Surya di Indonesia
Helen menekankan pentingnya menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil energi surya, seperti pelacak dan perangkat lunak yang mengevaluasi apakah atap cocok untuk instalasi surya.
Ini dianggap sebagai peningkatan yang membantu dibandingkan dengan solusi dasar, yang berarti teknologi tersebut dipandang sebagai cara untuk meningkatkan kinerja energi surya, bukan sebagai solusi yang mendasar atau utama.
Ia juga menyebutkan penggunaan IoT dalam audit proyek energi terbarukan, yang semakin penting seiring dengan pertumbuhan pembiayaan hijau, mendukung kebutuhan akan audit yang mendetail untuk memudahkan persetujuan pinjaman dan menarik pembiayaan utang yang diperlukan bersama dengan ekuitas dalam lanskap investasi.
“Pembiayaan sangat penting karena biaya awal untuk proyek surya cukup besar. Sebagai investor, kita perlu memahami seberapa lama perusahaan dapat mengelola pengembalian investasi awal mereka dan bagaimana mereka mengelola arus kas mereka,” jelasnya.
“Setelah proyek-proyek ini berkembang dan matang, mereka dapat mencari sekuritisasi aset. Untungnya, kita melihat dukungan yang cukup besar dari lembaga keuangan pembangunan. Kita optimis tentang potensi solusi pembiayaan yang lebih bervariasi, mungkin dengan jaminan kerugian pertama dari entitas seperti Bank Dunia, yang akan secara signifikan memperkuat industri ini,” tambah Helen.
Mengenai apa yang perlu dilakukan agar implementasi energi surya secara luas dipercepat di Indonesia, dia membahas tentang jaringan listrik negara tersebut.
Koneksi grid yang lebih meningkat antara pulau-pulau utama negara tersebut kemungkinan besar akan tercapai pada tahun 2028 paling awal.
“Diperlukan lebih dari US$300 miliar tidak hanya dalam distribusi tetapi juga dalam transmisi untuk energi terbarukan,” kata Helen.
“Grid perlu ditingkatkan untuk dapat menangani sumber energi yang lebih intermiten seperti surya. Dalam konteks investasi ventura, kami di AC Ventures berkeinginan untuk mendukung pemenang dalam ruang ini dan membantu transisi energi yang mendatang di Asia Tenggara secara luas,” pungkasnya.
Baca Juga: Lanskap Berubah, Startup Berani Tantang Pemain besar Chip AI