Find Us On Social Media :

SpaceX Kembangkan HP yang Bisa Langsung Terhubung ke Starlink

By Adam Rizal, Selasa, 4 Juni 2024 | 10:00 WIB

Ilustrasi Starlink.

SpaceX akan meluncurkan smartphone pertamanya pada September 2024 yang dapat langsung terhubung ke jaringan internet Starlink sehingga smartphone itu tidak membutuhkan jaringan seluler operator untuk mendapatkan akses Internet.

SpaceX telah mengajukan rencana itu ke Komisi Komunikasi Federal (FCC). Dalam surat pengajuannya ke FCC, SpaceX memuji kepemimpinan Komisi FCC yang menerapkan kerangka peraturan fleksibel untuk cakupan dari luar angkasa (SCS) sehingga akan memungkinkan layanan seluler.

"Layanan ini akan menguntungkan konsumen dan petugas tanggap darurat, serta memberikan contoh bagi negara lain," tulis SpaceX dalam laporan tersebut.

SpaceX juga mengungkapkan rencana teknologi langsung ke seluler Starlink. Meski pada awalnya layanan itu dirancang untuk menawarkan kemampuan pesan teks, suara, dan penjelajahan web, fitur-fitur lebih canggih diharapkan akan tersedia di masa mendatang. SpaceX menjelaskan saat ini hanya menyediakan layanan teks, suara, dan web melalui jaringan cakupan tambahan, inovasi di masa depan bisa memungkinkan fitur yang lebih kuat dan ditingkatkan.

"Layanan ini tidak akan menggantikan jaringan seluler terestrial, tetapi akan memberikan sumber konektivitas yang lebih baik ketika jaringan terestrial tidak tersedia.

SpaceX juga meminta FCC mempertimbangkan kembali batas agregat frekuensi radio untuk satelit seluler," demikian bunyi pengajuan FCC sebagaimana dilaporkan oleh PCMag.

"Ketika tidak ada jaringan terestrial yang berdekatan atau ketika jaringan tersebut rusak akibat bencana alam, batas agregat tidak perlu membatasi cakupan dan kualitas konektivitas langsung ke seluler meskipun tidak ada risiko interferensi pita yang berdekatan," kata SpaceX dalam pengajuannya.

Starlink beroperasi pada ketinggian yang jauh lebih rendah dibandingkan satelit konvensional. Sebagai perbandingan, umumnya satelit internet berada di orbit geostasioner dengan ketinggian sekitar 35.400 kilometer (km). Sedangkan satelit Starlink berada hanya pada ketinggian 550 km.

Ketinggian posisi satelit Starlink yang lebih rendah itu berdampak pada latensi yang lebih rendah dibandingkan satelit biasa sehingga mampu mengirimkan data Internet dengan cepat. Latensi adalah waktu yang diperlukan untuk data dikirim dan diterima kembali oleh pengguna.

Internet satelit konvensional memiliki latensi sekitar 600-1.000 milisekon, sedangkan Starlink hanya sekitar 20 milisekon. Latensi yang rendah ini membuat penggunaan internet lebih cepat. Keuntungan ketinggian satelit yang rendah lainnya adalah jangkauan orbit setiap satelit Starlink relatif kecil. 

Karena itu, sistem Starlink memerlukan ribuan satelit yang bekerja sama mengorbit Bumi untuk beroperasi dengan baik. Sejauh ini, SpaceX telah meluncurkan sekitar 6.000 satelit Starlink, dengan sekitar 5.000 di antaranya aktif, menurut Fajrul Fx.

Setiap satelit Starlink memiliki tiga laser optik ruang angkasa yang mampu membawa informasi hingga 200 Gbps. Laser itu memungkinkan satelit berkomunikasi satu sama lain, yang berkontribusi pada kecepatan internet Starlink yang mencapai ratusan Mbps saat digunakan di bumi.

SpaceX mengungkapkan jumlah pengguna layanan internet berbasis satelit Starlink mencapai tiga juta di seluruh dunia sejak peluncurannya pada 2015. Pengguna Starlink tersebar di hampir 100 negara, mencakup tujuh benua dan samudera termasuk Indonesia.

"Jumlah pengguna Starlink di seluruh dunia melebihi tiga juta dan terus bertambah," demikian pernyataan dari Starlink.

Baca Juga: Elon Musk Kembali Jadi Orang Terkaya di Dunia Berkat Valuasi xAI