Berkat kepemimpinan vision Jensen Huang, Nvidia mampu menciptakan keunggulan teknologi yang mengangkat raksasa chip ini ke puncak industri kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang sangat kompetitif.
Jensen Huang, pendiri dan CEO Nvidia, tidak hanya dikenal karena inovasi teknologinya, tetapi juga karena filosofi manajemennya yang unik.
Berbeda dengan kebanyakan perusahaan yang mengandalkan hierarki tradisional, Huang mengorganisasi Nvidia berdasarkan proyek, yang memungkinkannya mengakses langsung setiap lapisan manajemen untuk mendapatkan jawaban dengan cepat.
Dengan organisasi berbasis proyek seperti ini, Nvidia dapat bergerak dengan kecepatan dan transparansi yang luar biasa.
Rene Haas, CEO Arm yang juga mantan karyawan Nvidia, menyoroti budaya unik ini sebagai faktor kunci kesuksesan Nvidia. "Ini adalah budaya yang sangat unik," komentar Haas seperti dikutip dari Fortune.com.
Contoh nyata dari kecepatan ini terlihat pada peluncuran produk-produk terbaru Nvidia, yang selalu berada di garis depan teknologi AI.
Misalnya, awal Juni lalu Huang mengumumkan bahwa Nvidia akan memperbarui akselerator AI-nya setiap tahun.
Chip Blackwell Ultra akan meluncur di tahun 2025 dan platform Rubin yang sedang dalam pengembangan disiapkan untuk 2026.
Pendekatan manajemen inovatif Jensen Huang ini telah berkontribusi pada pertumbuhan eksplosif Nvidia, dengan nilai pasar yang mencapai US$3 triliun.
Sementara saham perusahaan melonjak lebih dari 3.100% dalam lima tahun terakhir dan lebih dari 200% hanya dalam setahun terakhir.
Tak hanya itu, kekayaan pribadinya pun melonjak, menjadikan Jensen Huang orang terkaya ke-13 di dunia dengan kekayaan bersih US$106,1 miliar, melampaui Michael Dell.
Huang yang merupakan satu dari 22 CEO pendiri perusahaan Fortune 500 mengatakan bahwa dirinya adalah seorang perfeksionis yang suka menuntut dan tidak mudah diajak bekerja sama.