Work Trend Index 2024 yang baru-baru ini dirilis Microsoft dan LinkedIn memperlihatkan antusiasme yang tinggi di kalangan pekerja Indonesia terhadap teknologi artificial intelligence (AI) dan menghadirkan fenomena AI Power User.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa 92% dari knowledge workers di Indonesia sudah menggunakan too AI generatif di tempat kerja. Angka ini tidak hanya lebih tinggi dibandingkan rata-rata global dan Asia Pasifik, tetapi juga menunjukkan potensi transformasi yang signifikan dalam cara kerja dan bisnis di tanah air.
Tren ini mengarah pada munculnya fenomena AI power user, yaitu individu yang menggunakan AI secara ekstensif dan integral dalam rutinitas harian mereka. Laporan Microsoft menunjukkan bahwa 93% power user di Indonesia memulai hari kerja mereka dengan AI, dan 94% menggunakan AI untuk mempersiapkan esok hari. Hal ini mencerminkan bagaimana AI telah menjadi alat penting bagi mereka dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
AI power user ini cenderung lebih terbuka terhadap eksperimen dengan AI, dan angka 73% di Indonesia, lebih tinggi dibandingkan global dan Asia Pasifik, menunjukkan masa depan dunia kerja yang semakin didorong oleh inovasi AI.
“Sekarang, bagaimana power user ini yang kita lihat ada di perusahaan dan organisasi di Indonesia bisa diberdayakan oleh para pemimpin perusahaan dan organisasi?” ujar Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia.
Menurut Dharma, langkah pertama yang sangat penting adalah arahan dari pemimpin perusahaan untuk memberikan endorsement kepada para AI power user ini untuk menggerakan secara bersama-sama seluruh karyawan menuju transformasi bisnis dengan AI.
“Kemudian kita juga melihat dengan adanya perubahan pada kultur organisasi, bagaimana proses bisnis bisa jauh lebih singkat, efektif dan produktif dengan memberdayakan power user. Dan yang paling penting juga bagaimana power user ini diberikan kesempatan mendapatkan pelatihan lebih lanjut,” ujar Dharma.
Menurutnya, para pengguna AI power tidak seharusnya dibiarkan berkembang atau belajar sendiri. Sebaliknya, perusahaan perlu memfasilitasi mereka dengan pelatihan, sehingga kemampuan kreativitas, pemecahan masalah, dan produktivitas yang diperoleh dari penggunaan AI bisa semakin ditingkatkan. Hal ini tidak hanya berdampak positif pada perusahaan, tetapi juga pada karyawan lainnya.
Berdayakan Power User dengan Copilot
Salah satu cara pemberdayaan para AI power user adalah memanfaatkan tool AI seperti Microsoft Copilot yang sebelumnya bernama Bing Chat. Saat ini, menurut Ricky Haryadi, Go To Market Lead - AI at Work & AI in Cybersecurity (ASEAN) Microsoft, Microsoft Copilot tersedia dalam dua versi: web untuk consumer dan work untuk pengguna bisnis.
Versi Work sendiri lebih dikenal sebagai Copilot for Microsoft 365 yang ditempeli label “Protected”. “Mode protected ini artinya apa saja data yang ditulis dan dicari di sana tidak akan digunakan oleh Microsoft untuk melatih model AI-nya,” jelas Ricky.
Copilot untuk pengguna bisnis ini didasari oleh data-data perusahaan pengguna. Dengan demikian, apa pun data yang ada di internal knowledge perusahaan akan bisa dicari dan diakses oleh karyawan, melalui antarmuka AI generatif yang simpel.
Menurut Ricky, sejumlah perusahaan Indonesia lintas skala dan industri telah mengintegrasikan tool generative AI seperti Copilot for Microsoft 365 ke dalam alur kerjanya sehari-hari untuk meningkatkan produktivitas. Misalnya Indosat Ooredoo Hutchinson (Indosat atau IOH) yang menggunakan Copilot for Microsoft 365 untuk meningkatkan produktivitas karyawan dalam mengelola pekerjaannya. Pengintegrasian kapabilitas Copilot for Microsoft 365 pun telah dilakukan di berbagai fungsi di Indosat, mulai dari digital, Human Resource, Business-to-Business, hingga Network dalam rangka transformasi Indosat dari perusahaan telekomunikasi menjadi AI Native TechCo dan merevolusi lanskap digital di Indonesia.
Ricky Haryadi juga menjelaskan inovasi terbaru pada Copilot for Microsoft 365:
* Fitur auto-complete baru akan hadir di kotak prompt. Copilot sekarang akan membantu orang yang baru menuliskan prompt-nya dengan menawarkan untuk melengkapi prompt tersebut, serta menyarankan prompt yang lebih rinci berdasarkan apa yang sedang diketik untuk memberikan hasil yang lebih kuat.
* Fitur rewrite baru dalam Copilot akan membantu para pengguna yang tahu keinginan mereka, tetapi mungkin tidak memiliki kata yang tepat untuk menjelaskannya, agar dapat mengubah prompt dasar menjadi lebih kaya dengan sekali klik.
* Catch Up adalah antarmuka chat baru yang menampilkan personal insights berdasarkan aktivitas terbaru dan memberikan rekomendasi yang responsif.
* Kemampuan baru di Copilot Lab akan memungkinkan orang untuk membuat, menerbitkan, dan mengelola prompt yang disesuaikan dengan mereka, serta untuk tim, peran, dan fungsi spesifik mereka.
Baca juga: Indonesia Paling Minati AI, Microsoft: Saatnya Transformasi Bisnis