Perusahaan global penyedia infrastruktur digital yang kritis, Vertiv mengumumkan pembukaan entitas bisnis baru di Jakarta, PT Vertiv Technology Indonesia. Langkah strategis ini diambil untuk merespons meningkatnya permintaan akan solusi infrastruktur digital kritis dan berbagai layanan di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital paling pesat di Asia Tenggara. Dan Jakarta, menurut perusahaan analis Structure Research, dianggap sebagai salah satu pasar pusat data atau data center yang sedang naik daun di kawasan Asia Pasifik dan menjadi salah satu yang terpenting di Asia Tenggara.
Data Structure Research menyebutkan bahwa pasar colocation pusat data di Jakarta diperkirakan akan mencapai pertumbuhan compound annual growth rate (CAGR) lima tahunan sebesar 22,3% hingga 2028. Dengan berekspansi di Indonesia, Vertiv berharap dapat menjawab meningkatnya permintaan solusi infrastruktur digital yang sangat penting (kritis), termasuk solusi perlindungan daya dan manajemen termal, di berbagai industri di tanah air.
Hitesh Prajapati, Vice President Southeast Asia, Vertiv, menegaskan komitmen Vertiv untuk menghadirkan pengalaman “One Vertiv” yang unik di pasar Indonesia. “Memastikan kami selalu hadir dan bekerjasama erat dengan para pelanggan pusat data kami untuk memahami kebutuhan mereka dan menjadi mitra tepercaya dalam perjalanan digital mereka,” imbuhnya.
Dalam mendukung perusahaan-perusahaan di Indonesia mencapai target digitalisasinya, PT Vertiv Technology Indonesia akan memanfaatkan jaringan global dan regional, serta kepakaran Vertiv dalam perlindungan daya, manajemen termal, manajemen TI, dan berbagai layanan yang ditawarkan.
Galang Kolaborasi untuk Akomodasi Kebutuhan AI
Salah satu tren yang menjadi perhatian Vertiv saat ini adalah meningkatnya adopsi teknologi artificial intelligence (AI). "Kami melihat di pasar adalah permintaan AI ini akan terus berlanjut, terutama dalam lima hingga tujuh tahun ke depan," ujar Paul Churchill, Vice President, Vertiv Asia.
Paul menyoroti perubahan signifikan di industri pusat data seiring dengan maraknya adopsi AI, terutama dalam meningkatnya kebutuhan daya. Awalnya, pusat data dirancang dengan kapasitas daya sekitar 8 hingga 10 kilowatt per rak untuk menangani beban TI. Namun, dengan masuknya server AI, kapasitas daya per rak dapat melonjak hingga 10 kali lipat, mencapai 100 hingga 200 kilowatt.
Peningkatan ini mendorong perlunya revolusi dalam sistem pendinginan, distribusi daya, kepadatan panas, dan faktor keselamatan dalam desain pusat data. Semua ini perlu disesuaikan untuk mengakomodasi tuntutan baru dari teknologi AI yang semakin berkembang.
Sementara industri pusat data harus memenuhi permintaan kapasitas yang lebih besar. "Dengan keahlian Vertiv terutama dalam solusi daya dan termal, kami mampu menjawab tantangan tersebut," ujar Hitesh Prajapati.
Salah satu aspek penting dari peran Vertiv dalam area AI adalah pengembangan dan kerja sama dengan produsen chip seperti Nvidia dan Intel. "Tidak ada gunanya produsen chip merancang chip yang tidak dapat ditenagai dan didinginkan dengan baik," kata Paul Churchill.
Kolaborasi yang erat dengan para produsen chip ini memungkinkan Vertiv untuk merancang produk khusus yang dapat mengoptimalkan kinerja aplikasi AI dengan efisien.