Empat studio game Indonesia yaitu Algorocks, Dreams Studio, Lentera Nusantara dan Own Games merayakan kelulusan program Indie Games Accelerator (IGA) 2024 bersama 21 studio game lain dari delapan negara di Asia-Pasifik yang diselenggarakan di Bangalore, India.
Angkatan IGA 2024 ini merupakan angkatan dengan partisipan terbanyak di antara regional lain sejak program ini dimulai pada tahun 2018.
Antusiasme ini membuktikan tingginya potensi kawasan Asia-Pasifik sebagai pusat pengembangan game indie.
Pengembangan tersebut tidak hanya sebatas pada kualitas teknis, namun juga target jangkauan pengguna yang semakin luas.
Umumnya, studio game indie lebih memilih mengembangkan game kasual yang biasanya membutuhkan sedikit sumber daya dan waktu peluncuran yang relatif singkat dengan potensi monetisasi yang lebih cepat.
Kini, semakin banyak game studio indie yang mempersiapkan diri untuk ekspansi ke platform mobile.
Pengembangan ini juga tengah dilakukan oleh Lentera Nusantara untuk dua game mereka yaitu Ghost Parade, yang merupakan IP pertama mereka yang diluncurkan pada tahun 2019, dan Tuyul Mantul Pinball Adventure, produk game yang mereka daftarkan saat bergabung dengan pelatihan IGA.
“Sebelumnya, kedua game tersebut sedang dalam tahap mobile game journey, dengan knowledge dari self-learning. Ketika mengikuti IGA, kami mendapatkan banyak insights baru dari para mentor, sehingga kedua game ini, khususnya Tuyul Mantul, perlu kami rombak kembali dengan ilmu baru yang kami terima,” jelas Azizah Assattari, CEO Lentera Nusantara.
Dalam praktiknya, proses pengembangan bisnis seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi game studio indie, baik dari segi pendanaan, maupun sumber daya yang terbatas.
“Ini menjadi peluang bagi IGA untuk membuka jalan bagi publisher, investor, dan organisasi industri untuk terlibat dan membina kumpulan talenta yang sedang berkembang ini. Dengan memberikan dukungan dalam pemasaran, distribusi, monetisasi, dan strategi bisnis secara keseluruhan, para mitra ini dapat membuka potensi penuh developer game indie di Asia-Pasifik,” ucap Marcus Foon, Global Head, Indie Games Accelerator.
Azizah mengungkapkan, selama mengikuti pelatihan, Lentera Nusantara merasakan langsung manfaat program bagi studio game indie.
“Kami mengapresiasi keseriusan Google saat melakukan review, memperhatikan setiap detail, bottleneck yang dirasakan setiap developer game indie, dan membantu studio game indie fokus dalam menciptakan solusi yang implementatif,” ungkap Azizah.
Industri game sendiri memiliki perkembangan yang cukup pesat dengan persaingan yang tinggi.