Find Us On Social Media :

Antispasi 5 Ancaman Siber Utama, Digiserve Tawarkan Managed Security Services

By Liana Threestayanti, Rabu, 7 Agustus 2024 | 09:30 WIB

Digiserve by Telkomsel Indonesia (Digiserve) mengidentifikasi adanya lima ancaman siber yang perlu diperhatikan para pelaku bisnis di Indonesia. (Foto: Ahmad Hartono, Presiden Direktur Digiserve)

Digiserve by Telkomsel Indonesia (Digiserve) mengidentifikasi adanya lima ancaman siber yang perlu diperhatikan para pelaku bisnis di Indonesia. 

Seiring pesatnya digitalisasi di Indonesia, ancaman keamanan siber terus meningkat dan berevolusi. Tak pelak, keamanan siber pun menjadi semakin penting bagi para pelaku usaha di tanah air. 

"Kami melihat adanya peningkatan yang mengkhawatirkan dalam hal jumlah dan tingkat ancaman serangan siber di Indonesia. Berdasarkan riset dan analisis data yang kami dapatkan, Digiserve mengidentifikasi ada 5 ancaman keamanan siber penting yang saat ini perlu diwaspadai para pelaku bisnis di tanah air,” ujar Ahmad Hartono, Presiden Direktur Digiserve.

Hartono menjelaskan bahwa menurut Cyber Threat Landscape Report 2024 ASEAN Region, ada 5 serangan siber paling sering terjadi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 

Pertama adalah penjualan akses ilegal (compromised access sales), yaitu penjualan akses ilegal ke sistem atau jaringan yang telah diretas.

Selanjutnya, kebocoran data (data breaches), yaitu inisiden berupa akses, pencurian, atau publikasi data sensitif atau rahasia tanpa izin. 

Ketiga adalah serangan ransomware (ransomware attacks), yaitu serangan di mana data dienkripsi dan pelaku meminta tebusan untuk membuka enkripsi.

Jenis ancaman siber berikutnya adalah aktivitas peretasan (hacktivism), yaitu serangan siber yang dimotivasi oleh ideologi atau tujuan politik.

Dan ancaman kelima adalah pencurian data biometrik dan deepfake, yaitu virus Trojan seperti GoldPickaxe yang mencuri data biometrik wajah dan menggunakannya untuk membuat deepfake guna menipu sistem perbankan.

Hartono juga menjelaskan  bahwa dari tiap jenis serangan siber tersebut memiliki konsekuensi yang berbeda. Penjualan akses ilegal, misalnya, bisa menyebabkan berbagai serangan lanjutan seperti pencurian data, gangguan operasional, atau bahkan serangan ransomware.

Sementara kebocoran data bisa mengakibatkan kerugian finansial, kerusakan reputasi, pencurian identitas, dan kerugian lainnya bagi individu dan organisasi yang terkena dampak. 

Sedangkan serangan ransomware dapat melumpuhkan operasional bisnis atau organisasi, menyebabkan kerugian finansial yang signifikan akibat pembayaran tebusan atau pemulihan data.