Teknologi Artificial Intelligence (AI) dipastikan akan mengubah semua sendi kehidupan manusia. Kemunculan GenAI yang menyerupai kemampuan manusia, semakin menegaskan hal tersebut.
Karena itu, penting bagi setiap organisasi untuk memulai langkah mengadopsi teknologi AI agar memiliki competitive advantage ke depan. Akan tetapi, setiap organisasi juga harus memahami risiko yang muncul dari adopsi AI, dan dapat mengambil langkah preventif yang memadai.
Pesan penting itulah yang dapat disimpulkan dari acara NTT DATA Ignite yang berlangsung di Jakarta pada 28 Agustus 2024. Acara tahunan yang dihadiri ratusan IT Professional dari berbagai perusahaan Indonesia ini digelar untuk memberi perspektif penerapan teknologi digital yang membantu kinerja perusahaan Indonesia.
Pemilihan tema AI pada NTT DATA Ignite kali ini tidak lepas dari keyakinan NTT DATA akan dampak positif AI bagi perusahaan Indonesia. “Jika dianalogikan, AI akan mirip seperti penemuan mesin uap yang mengawali revolusi industri di tahun 1760,” ungkap Hendra Lesmana (CEO, NTT DATA Indonesia).
Banyak Terhenti di POC
Kesadaran perusahaan akan peran penting teknologi AI dan GenAI sebenarnya sudah terbentuk. Survei yang dilakukan IDC menunjukkan, 96% petinggi perusahaan percaya teknologi GenAI akan menjadi teknologi strategis bagi perusahaan ke depan. “Dampak GenAI serupa seperti kehadiran ERP atau e-commerce,” ungkap Deepika Giri (Head of Research, Big Data and AI, IDC Asia Pacific and Japan).
Tak heran jika sepanjang tahun 2023 kemarin, ada banyak perusahaan melakukan eksperimen untuk mengimplementasikan GenAI ke dalam proses bisnis mereka. “Survei kami menunjukkan, perusahaan rata-rata melakukan 27 POC (Proof of Concept) untuk GenAI sepanjang 18 bulan terakhir,” ungkap Deepika.
Namun yang menarik, ternyata hanya 3,4 inisiatif yang masuk ke tahap produksi. Dari angka itu, success rate yang dicapai pun hanya 71%. Hal ini menunjukkan manfaat GenAI belum sepenuhnya mendorong kinerja perusahaan.
Menurut Jan Wuppermann (Chief Digital Officer, APAC, NTT DATA), fenomena ini tidak lepas dari kurangnya strategi yang menyelaraskan implementasi GenAI dengan manfaat bisnis. “Tidak ada gunanya membicarakan fitur dan fungsi dari sebuah teknologi jika semua itu tidak terkait dengan business outcome,” ungkap Jan.
“Untuk memulai adopsi AI, kita sering kali harus kembali menata data architecture, data governance, dan data infrastructure readiness project” Jan Wuppermann (Chief Digital Officer, APAC, NTT DATA)
Faktor lain yang sering dilupakan adalah belum kokohnya pondasi utama dari teknologi GenAI, yaitu data. “Karena itu, pertanyaan yang selalu saya tanyakan kepada pemimpin perusahaan yang tertarik mengimplementasikan GenAI adalah, sudah siapkah data Anda?” ungkap Jan. Kesiapan data ini mulai dari ketersediaan, kualitas, sampai integrasi data.
Kesiapan data ini menjadi penting mengingat model GenAI yang ada saat ini dibangun menggunakan public data. “Data tersebut tersedia untuk semua orang, tanpa ada diferensiasi yang membedakan,” ungkap Jan. Competitive advantage baru akan muncul ketika perusahaan bisa memadukan data publik dengan data internal perusahaan. “Dengan kombinasi seperti itu, kita baru mendapatkan value dari data yang kemudian berdampak pada bisnis,” ungkap Jan.