Find Us On Social Media :

AWS: Adopsi AI Generatif Dimulai dari Permasalahan Bisnis, Bukan Teknologi

By Cakrawala Gintings, Selasa, 17 September 2024 | 09:00 WIB

Vasi Philomin (Vice President and General Manager, Generative AI, Amazon Web Services), InfoKomputer berbincang dengannya perihal adopsi AI Generatif oleh perusahaan di AWS Summit Jakarta belum lama ini.

Teknologi baru seperti AI (artificial intelligence) generatif alias generative AI tak jarang mendisrupsi suatu bisnis. AWS (Amazon Web Services) menilai bahwa para perusahaan sebaiknya mengadopsi AI generatif dan mendisrupsi dirinya sendiri sebelum didisrupsi oleh pihak lain. AWS pun menilai adopsi AI generatif yang dilakukan suatu perusahaan; dari sisi kasus penggunaan alias use case; sebaiknya dimulai dari permasalahan bisnis, lalu melihat apakah AI generatif benar-benar bisa membantu perihal permasalahan bisnis tersebut. Namun, perusahaan harus memastikan pula mengedukasi tenaga kerjanya akan AI generatif.

Hal bersangkutan dikemukakan oleh Vasi Philomin (Vice President and General Manager, Generative AI, Amazon Web Services) ketika menjawab Infokomputer saat wawancara kelompok di Jakarta, tepatnya di AWS Summit Jakarta, beberapa waktu lalu. AWS pun menegaskan bahwa seperti berbagai teknologi baru lain, AI generatif juga mengalami Gartner Hype Cycle dan belum lama ini ditempatkan pada fase kedua. Alhasil, nantinya akan ada sejumlah perusahaan yang menjadi para pemenang yang mendapatkan aneka janji yang ditawarkan AI generatif untuk bisnis. Adopsi AI generatif sejak dini sewajarnya memberikan peluang yang lebih besar untuk menjadi pemenang.

“Setiap perusahaan sebaikanya sangat waspada, utamanya karena AI generatif bisa mendisrupsi model bisnis mereka saat ini. Bagaimana mereka menjalankan bisnis saat ini dapat berubah. Dan, jika, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah mendisrupsi diri Anda sendiri, daripada membiarkan orang lain mendisrupsi Anda, bukan? Artinya, Anda tidak boleh mengabaikan hal ini. Anda harus memastikan, pertama-tama, Anda mendidik tenaga kerja Anda akan keahlian-keahlian baru ini, memungkinkan mereka untuk berinovasi,” ujar Vasi Philomin.

“Dalam hal kasus penggunaan, mulailah, saya per, saya pernah menyampaikannya pada salah satu artikel, saya pikir, Anda mulai dengan masalah bisnis Anda. Jangan mulai dengan teknologinya. Mulailah dengan permasalahan bisnisnya, dan kemudian lihat apakah teknologinya benar-benar bisa membantu. Dan kemungkinan besar, AI generatif bisa membantu,” lanjut Vasi Philomin sembari menyarankan agar para perusahaan memiliki sejumlah program nyata yang mendorong inovasi serta quick win dengan/dari AI generatif.

Apalagi AI generatif yang kini tersedia, model-model AI generatif yang kini tersedia, memungkinkan adopsi AI generatif secara lebih mudah dan cepat. AWS menekankan bahwa dibandingkan masa lampau; masa sebelum AI generatif; adopsi AI sekarang bisa dilakukan oleh para perusahan dengan pengembang-pengembang “biasa” — tidak mesti melibatkan ahli-ahli/spesialis-spesialis AI, menggunakan data yang lebih sedikit, dan dalam waktu yang lebih singkat.

Foundation Model Bisa Bantu

Aneka model AI generatif yang sekarang tersedia merupakan foundation model. Mengutip Center for Research on Foundation Models, Stanford Institute for Human-Centered Artificial Intelligence, Stanford University yang memopulerkan istilah ini; sebuah foundation model adalah suatu model yang dilatih dengan data yang luas (umumnya menggunakan self-supervision dalam skala besar) yang bisa diadaptasi (misalnya, di-fine-tune) ke berbagai tugas downstream.

Sebuah foundation model misalnya dilatih menggunakan data internet dan memiliki aneka kemampuan seperti memproses bahasa, menghasilkan gambar, memahami visual, dan menghasilkan kode pemrograman. Beberapa contoh foundation model adalah OpenAI GPT (generative pre-trained transformer), Google BERT (bidirectional encoder representations from transformers), Stability AI Stable Diffusion, dan Amazon Titan.

“Jadi, yang, apa yang berbeda sekarang adalah, para model yang keluar dari, off-the-shelf ini menunjukkan apa yang saya sebut sebagai emergent behavior, karena mereka telah terpapar data dengan skala web. Mereka telah dilatih dengan data dalam jumlah besar, skala web, jadi mereka memiliki, model-model ini sangat canggih sekarang, mereka telah menemukan pola-pola yang seorang manusia, mungkin terlalu banyak data bagi seorang manusia untuk menemukan [pola] apa pun. Namun para model ini telah menemukan semua informasi itu, dan informasi tersebut, informasi tersebut terpendam di dalam mereka,” jelas Vasi Philomin.

Pada masa sebelum AI generatif; suatu perusahaan yang ingin menggunakan AI untuk suatu fungsi; seperti untuk mengetahui sentimen dari sebuah teks adalah positif, netral, atau negatif; perlu untuk membangun model AI-nya dengan mengumpulkan banyak data, memperkerjakan para ahli tambahan yang sesuai — ahli-ahli/spesialis-spesialis AI, dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Selain itu, model AI yang diperoleh hanya bisa untuk fungsi bersangkutan. Bila perusahaan itu ingin menggunakan AI untuk suatu fungsi lain yang berbeda, perusahaan tersebut harus membangun model AI baru untuk fungsi yang dimaksud.

Kini, sebuah perusahaan yang ingin mengadopsi AI generatif untuk suatu fungsi, bisa mengambil foundation model tertentu sebagai basis dan melatihnya dengan sejumlah data yang sesuai. Model AI generatif yang dimaksud akan beradaptasi dan bisa menjalankan fungsi yang diinginkan tersebut (dengan lebih baik). Pelatihan yang dimaksud pun membutuhkan jumlah data yang lebih sedikit, bisa dilakukan oleh para pengembang perusahaan saja, dan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Perusahaan tidak perlu memperkerjakan ahli-ahli tambahan seperti sebelumnya.

AWS juga percaya bahwa para pengembang perusahaan — para pengembang yang selama ini terlibat mengembangkan peranti lunak perusahaan alias terlibat bisnis perusahaan, lebih mengerti akan bisnis perusahaan itu dibandingkan para ahli tambahan yang berasal dari luar perusahaan. Alhasil mengambil model AI generatif tertentu dan melatihnya dengan bantuan pengembang-pengembang perusahaan, bisa memberikan manfaat bisnis yang lebih baik dibandingkan yang membangun model AI baru dengan bantuan ahli-ahli tambahan dari luar. Dengan kata lain, foundation model tidak hanya bisa membantu adopsi AI generatif oleh perusahaan, melainkan bisa pula membantu menghadirkan manfaat yang lebih baik.

Aneka Foundation Model dengan Amazon Bedrock

Mengutip AWS, Amazon Bedrock adalah suatu layanan yang sepenuhnya terkelola yang menawarkan aneka foundation model berkinerja tinggi dari berbagai perusahaan AI terkemuka seperti AI21 Labs, Anthropic, Cohere, Meta, Mistral AI, Stability AI, dan Amazon melalui sebuah API tunggal, bersama dengan satu set kemampuan yang luas yang diperlukan untuk membangun aplikasi-aplikasi AI generatif dengan keamanan, privasi, dan AI yang bertanggung jawab. AWS mengeklaim Amazon Bedrock menawarkan cara termudah untuk membangun aplikasi-aplikasi AI generatif dengan aneka foundation model dan memperluas penggunaannya.

Seperti telah disebutkan, sebuah foundation model bisa membantu suatu perusahaan dalam mengadopsi AI generatif, begitu pula perihal manfaat yang diperoleh. Amazon Bedrock dengan berbagai foundation model-nya tentunya bisa makin membantu suatu perusahaan dalam mengadopsi AI generatif tersebut. Aneka fitur Amazon Bedrock lain seperti kemampuan untuk melakukan fine-tuning terhadap model tertentu, guardrail, dan agen pun makin membantu lagi adopsi AI generatif yang dimaksud. Dengan kata lain, Amazon Bedrock memudahkan para perusahaan mengadopsi AI generatif memanfaatkan berbagai foundation model populer.

Amazon Bedrock sejalan dengan strategi AI generatif AWS. AWS menjelaskan bahwa strategi AI generatifnya terdiri dari tiga bagian. Pertama adalah AWS tidak percaya bahwa satu model AI generatif tertentu bisa memberikan yang terbaik untuk setiap kebutuhan. AWS meyakini para perusahaan harus memiliki pilihan akan aneka model AI generatif sehingga mereka bisa memilih yang terbaik sesuai kebutuhannya. Kedua adalah tersedianya berbagai workflow di sekitar model-model AI generatif itu yang membantu para perusahaan membangun aneka aplikasi. Terakhir adalah biaya yang lebih terjangkau, baik dalam melatih para model AI generatif tersebut maupun menggunakannya alias inference.

Amazon Bedrock merupakan pengejawantahan bagian pertama dan kedua dari strategi AI generatif AWS. Sementara AWS Trainium dan AWS Inferentia adalah perwujudan bagian ketiga dari strategi AI generatif AWS. Amazon Bedrock sudah tersedia sejak tahun lalu di AWS, sedangkan AWS Trainium dan AWS Inferentia sudah tersedia lebih dulu. Namun, sampai saat ini, Amazon Bedrock maupun instance Amazon EC2 yang ditenagai AWS Trainium dan AWS Inferentia, belum tersedia di Asia Pacific (Jakarta) Region milik AWS. Khusus Amazon Bedrock, AWS memastikan akan hadir di Asia Pacific (Jakarta) Region tanpa menyebutkan waktu pastinya.

“Strategi kami adalah strategi dari ujung ke ujung yang lengkap ini. Ini bukan tentang hanya sebuah model. Ini tentang banyak model, berbagai workflow di sekitar model-model untuk membangun aneka aplikasi, dan peranti keras khusus untuk menurunkan biaya, itulah gambaran lengkapnya, gambaran ujung ke ujung, dan itulah kami, itulah yang saya pikir membedakan kami dengan semua orang lain yang melakukan hal ini,” pungkas Vasi Philomin.