Find Us On Social Media :

Pakar Siber Ini Ungkap Sisi Gelap dari Kemajuan Teknologi AI

By Rafki Fachrizal, Selasa, 24 September 2024 | 10:20 WIB

Ilustrasi Hacker.

Berkat kemajuan teknologi, masyarakat kini semakin dimudahkan untuk mengakses informasi di mana pun dan kapan pun.

Namun di balik kemudahan ini, ada bahaya yang mengintai, seperti serangan siber dan penipuan digital (Ransomware, Phishing, dll).

Pakar keamanan siber Mikko Hyppönen dalam acara VIDA Executive Summit 2024 mengungkap sisi gelap dari perubahan teknologi ini.

Ia juga membagikan strategi efektif untuk menghadapi ancaman yang muncul dari lanskap digital yang terus berkembang.

“I love the internet. Konektivitas memberikan kita begitu banyak manfaat dan peluang bisnis, tetapi juga menghadirkan risiko yang lebih besar,” kata Mikko.

“Dulu, serangan siber ditransfer secara fisik dari satu komputer ke komputer lain, melalui apa yang kami sebut dengan ‘floppy disk’. Saat ini, dengan revolusi teknologi dan kemunculan teknologi baru seperti Generative Artificial Intelligence, kita tengah menghadapi perubahan besar dan pergeseran teknologi yang sangat signifikan,” tambahnya.

Salah satu kemajuan teknologi yang mencuri perhatian saat ini adalah munculnya Kecerdasan Buatan (AI) Generatif atau Generative Artificial Intelligence.

AI generatif merupakan sebuah teknologi machine learning yang mampu menciptakan beragam jenis konten, mulai dari teks, gambar, hingga musik.

Hal ini merupakan salah satu kemajuan teknologi paling transformatif dalam sejarah.

Sebagai contoh, lagu “Verknallt in einen Talahon”, yang sepenuhnya diproduksi oleh teknologi AI bernama Udio, sukses meraih peringkat 27 ditangga lagu top 40 Jerman dan Austria.

Meskipun AI generatif menawarkan banyak manfaat dan inovasi, di sisi lain juga membawa tantangan.

Tidak seperti revolusi teknologi sebelumnya yang berdampak pada pekerja kasar (blue collar) seperti mesin produksi massal, AI generatif menyasar profesi pekerja kantoran (white collar), termasuk pemrograman dan layanan hukum.

Selain itu, teknologi ini juga membuka peluang terjadinya penipuan, termasuk deepfakes–sebuah teknologi yang dapat memanipulasi gambar, video dan suara dengan kemiripan yang sangat meyakinkan.

Melaney Ricardo, selebriti dan presenter Indonesia adalah salah satu korban dari bahaya teknologi deepfake ini.

“Penipu tersebut menggunakan kecanggihan AI untuk meniru suara dan gambar saya dari YouTube, seolah-olah saya mendukung produk penurun berat badan yang mereka jual. Bahkan keluarga saya, yang dekat dan kenal baik dengan saya, sempat menghubungi saya dan bertanya apakah produk tersebut benar-benar efektif," ungkap Melaney dalam acara VIDA Executive Summit 2024.

"Ini menunjukkan betapa meyakinkannya endorsement tersebut sehingga keluarga saya sendiri tidak bisa mengenali bahwa itu sebenarnya adalah video rekayasa dari hasil AI. Bayangkan betapa banyak orang di luar sana yang tidak mengenal saya secara pribadi bisa terjebak untuk membeli produk yang kemungkinan mengandung unsur-unsur berbahaya,” tambahnya.

Lebih lanjut, dalam lanskap keamanan siber saat ini, Mikko menyampaikan bahwa serangan siber kini tidak lagi dilakukan oleh individu, melainkan oleh kelompok-kelompok kriminal yang sangat terorganisir.

Kelompok-kelompok ini memanfaatkan teknologi terbaru, menyesuaikan serangan, dan membentuk kemitraan strategis untuk memaksimalkan keuntungan material.

Kejahatan siber telah berkembang menjadi sebuah model bisnis layaknya perusahaan-perusahaan pada umumnya.

Di satu sisi, Indonesia sendiri menghadapi jumlah serangan siber yang mencengangkan, mencapai 279,84 juta pada tahun 2023, menurut data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Hal ini menyoroti tingkat ancaman yang cukup tinggi.

Mikko menyatakan, “Jika organisasi kriminal ini adalah perusahaan yang sah, mereka akan dianggap sebagai unicorn karena pendapatan, profitabilitas, dan pertumbuhannya yang sangat signifikan. Namun, berbeda dengan perusahaan teknologi yang sukses, organisasi ini tidak akan pernah melantai di bursa saham atau mencari strategi keluar. Situasi ini menekankan betapa besar skala masalah kejahatan siber saat ini.”

Selain itu, organisasi kriminal ini peduli akan branding dan mulai membangun citra mereka dengan nama, situs web, dan logo. Hal ini mencerminkan betapa besarnya kehadiran mereka dalam lanskap kriminal global.

“Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk mengadopsi solusi canggih guna mengatasi ancaman yang dapat membahayakan operasi mereka dan mengancam keamanan pelanggan mereka,” pungkasnya.

Baca Juga: Mantan Desainer Legendaris iPhone Garap Hardware AI Pesanan OpenAI