Studi terbaru Akamai Technologies, Inc. (Akamai) mengungkapkan bahwa 87% digital native business (DNB) di Asia memprioritaskan keamanan saat mereka memilih penyedia dan layanan cloud.
Dalam studi berjudul Asia’s Digital Native Businesses Prioritize Security for Sustainable Growth tersebut, DNB didefinisikan sebagai perusahaan yang melakukan adopsi teknologi secara agresif karena perusahaan-perusahaan ini harus bergerak sangat cepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam bekerja, beraktivitas, dan bermain secara online.
Adopsi Pesat Cloud
“Teknologi canggih merupakan DNA bagi Digital Native Business,” tegas Jay Jenkins, Chief Technology Officer di Akamai Cloud Computing, Akamai Technologies dalam kesempatan Editors’ Roundtable, kemarin (26/9).
Oleh karena itu, tak mengherankan jika studi Akamai menemukan bahwa 9 dari 10 DNB memprioritaskan efisiensi dan produktivitas dalam 12 bulan ke depan, serta melakukan investasi dalam berbagai teknologi, misalnya komputasi cloud atau layanan mikro dengan dukungan antarmuka pemrograman aplikasi (API).
Secara lebih spesifik, IDC memperkirakan, pada tahun 2026, DNB mengeluarkan dana sebesar US$128,9 miliar untuk teknologi pada tahun 2026, dengan pengeluaran untuk teknologi berbasis cloud meningkat sebesar 37,3%. Angka tersebut mencerminkan komitmen DNB untuk berinvestasi dalam teknologi untuk mendukung pertumbuhan mereka.
Bagian lain dari studi Akamai mengungkapkan bahwa 74% dari DNB sudah bermigrasi sepenuhnya ke cloud atau sedang mengadopsi berbagai teknologi cloud. Mengomentari temuan ini, Jenkins menyarankan DNB melakukan beberapa hal untuk mengoptimalkan potensinya, seperti memaksimalkan kinerja cloud dan menerapkan pendekatan multi-cloud untuk terhindar dari vendor lock-in, meningkatkan fleksibilitas, sekaligus memaksimalkan penggunaan dan biaya layanan.
Namun untuk investasi di masa depan, ia menyarankan DNB untuk lebih memprioritaskan investasi pada kemampuan memahami data, ketimbang mengeluarkan anggaran untuk melatih AI.
Tantangan Keamanan API & Phishing
Percepatan adopsi teknologi adalah peluang yang menjanjikan bagi DNB. “Namun, dunia TI yang semakin rumit turut meningkatkan risiko ancaman siber terhadap penerapan cloud dan kinerja bisnis potensial,” ujar Jenkins.
Fakta berbicara bahwa 75% responden dari studi Akamai menilai aspek keamanan dalam kinerja dan kapabilitas infrastruktur cloud yang mereka miliki mereka lebih buruk ketimbang aspek lainnya, seperti latensi jaringan, penyimpanan data, pengambilan data, atau sumber daya komputasi. Sementara itu, sebanyak 44% responden mengaku mengalami kesulitan untuk meningkatkan keamanan akibat infrastruktur TI yang makin rumit.
Sebagai bisnis yang terlahir di cloud, DNB pastinya menggunakan API dan infrastruktur berbasis cloud. “API merupakan jaringan penghubung dalam infrastruktur cloud-native modern,” jelas Jay Jenkins. Penggunaan API ini berpotensi menjadikan DNB sebagai target utama bagi serangan siber. DNB juga berisiko tinggi menjadi korban phishing, penyusupan akun, dan ransomware jika dibandingkan dengan perusahaan konvensional.
Berdasarkan riset Akamai, 9 dari 10 responden menganggap keamanan API sebagai fitur produk yang krusial atau penting ketika mengevaluasi penyedia cloud atau layanan keamanan tertentu. Tren ini mencerminkan fakta bahwa DNB memprioritaskan keamanan API untuk mengatasi masalah keamanan cloud.
Selain itu, 87% DNB menyatakan bahwa fitur keamanan lebih penting ketimbang kinerja, reputasi, skalabilitas, dan biaya dalam pemilihan penyedia cloud. Demi menghindari ancaman siber yang kian marak, DNB memerlukan dukungan dari mitra teknologi untuk mengetahui potensi kelemahan rantai yang dapat dieksploitasi oleh pelaku serangan siber.
“Untuk pengoperasian yang tangkas, fleksibel, dan aman, DNB wajib memiliki kerangka kerja keamanan modern. Mereka juga harus menerapkan langkah keamanan API tingkat lanjut, melakukan audit keamanan API secara berkala, dan mampu melihat aktivitas API dengan mudah,” Jay Jenkins memberikan saran.
Reuben Koh, Director of Security Technology & Strategy, Akamai Technologies, juga menyampaikan beberapa hal terkait keamanan API yang perlu diperhatikan DNB, yaitu potensi miskonfigurasi, visibilitas, API runtime, dan uji keamanan API.
Kendati keamanan API menjadi sorotan khusus, Reuben Koh menjelaskan bahwa DNB di ASEAN memiliki masalah keamanan yang berbeda. Dari studi Akamai diperoleh data bahwa masalah utama bagi DNB di kawasan ini adalah phishing. Ia juga memaparkan temuan Akamai, bahwa jumlah upaya phishing di sektor keuangan Indonesia yang terdeteksi dan berhasil diblokir mencapai 97.465.
Hal ini, menurutnya, memaksa DNB ASEAN memprioritaskan investasi untuk teknologi anti-phishing ketimbang wilayah lainnya di Asia Pasifik dan Jepang. Apalagi saat ini taktik phishing telah berevolusi dari serangan berbasis email menjadi serangan yang menyebar melalui perangkat seluler dan platform media sosial.
Baca juga: Akamai Peringatkan Kini API dan Aplikasi Jadi Sasaran Serangan Siber