Pada 2024, hadiah Nobel di bidang Kimia diberikan kepada tiga ilmuwan yang sukses menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk memecahkan misteri hampir semua protein yang dikenal. Salah satu ilmuwan yang menyabet penghargaan bergengsi itu adalah David Baker (Ahli Biokimia) asal Amerika Serikat (AS) yang berhasil menciptakan jenis protein baru yang sebelumnya dianggap mustahil.
Penghargaan juga diberikan kepada Demis Hassabis dan John Jumper, peneliti di Google DeepMind, London. "Mereka mengembangkan model AI yang mampu memprediksi struktur kompleks protein, sebuah masalah yang belum terpecahkan selama 50 tahun terakhir. Penemuan ini memiliki potensi besar," kata Komite Nobel saat mengumumkan penghargaan tersebut di Swedia.
Komite Nobel itu memberikan hadiah uang tunai sebesar 11 juta kronor Swedia atau sekitar Rp16,5 miliar kepada para ilmuwan kimia tersebut karena penghargaan Nobel ini dianggap sebagai puncak pencapaian ilmiah.
Penghargaan Nobel Kimia tahun ini terdiri dari dua bagian. Hassabis, seorang ilmuwan komputer Inggris yang ikut mendirikan laboratorium AI Google DeepMind, dan Jumper, seorang peneliti dari AS, dihargai karena menggunakan AI untuk memprediksi struktur tiga dimensi protein hanya dari urutan asam aminonya.
Para ilmuwan itu berhasil memetakan hampir 200 juta protein yang sudah diketahui. Protein, yang terdiri dari rangkaian molekul asam amino, adalah komponen dasar kehidupan, yang berperan dalam membentuk sel, mengatur DNA, dan membawa oksigen dalam darah.
"Ini adalah terobosan besar untuk memecahkan masalah lama dalam kimia fisik," kata Anna Wedell (Profesor Genetika Medis di Karolinska Institutet, Swedia, dan anggota Royal Swedish Academy of Sciences).
AlphaFold, program AI yang dikembangkan Hassabis dan Jumper, telah digunakan oleh lebih dari 2 juta peneliti di seluruh dunia sebagai alat pencarian cepat untuk struktur protein, mempercepat kemajuan di bidang biologi dan ilmu lainnya. Pada 2023, mereka juga menerima penghargaan Lasker dan Breakthrough Prize.
Wedell menambahkan, "Mereka membuat data ini tersedia untuk publik, sehingga ilmuwan di berbagai bidang dapat menggunakan alat ini untuk memecahkan masalah mereka, memungkinkan terjadinya lompatan besar dalam penelitian."
Sejak publikasi utama mereka pada 2021, makalah tersebut telah dikutip lebih dari 16.000 kali. David Pendlebury, kepala analisis di Clarivate's Institute for Scientific Information, menyebut pencapaian ini sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah ilmiah.
Sebelum bekerja pada protein, Hassabis dan Jumper juga mengembangkan program komputer yang mengalahkan juara dunia dalam permainan catur China, Go. Sebagai seorang jenius catur di masa kecil, Hassabis juga dikenal karena membuat kode untuk video game klasik *Theme Park* saat usianya baru 17 tahun.
Adrian Smith, Presiden Royal Society, menyatakan bahwa penghargaan Nobel ini mengakui peran transformatif AI dalam ilmu pengetahuan. Penghargaan Nobel juga diberikan kepada David Baker, profesor di University of Washington, yang menggunakan metode komputerisasi untuk menciptakan protein baru dengan fungsi yang unik, yang belum pernah ada di alam sebelumnya. Johan Aqvist dari Komite Nobel menjelaskan bahwa Baker menggunakan komputasi untuk merancang struktur protein baru dan kemudian menentukan urutan asam amino yang diperlukan untuk menciptakannya.
Baca Juga: Pangsa Iklan Google Diprediksi Jatuh Akibat Popularitas AI Meroket