Setelah mendominasi pasar iklan internet selama beberapa dekade, Google kini menghadapi tantangan baru yaitu kebangkitan mesin pencari kompetitor yang menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Proyeksi dari eMarketer, sebuah perusahaan riset pemasaran digital, menunjukkan bahwa pangsa pasar Google dalam iklan penelusuran di AS berpotensi turun di bawah 50 persen pada 2024 sekaligus menjadi yang pertama dalam lebih dari satu dekade Google mengalami penurunan sebesar itu.
Selama bertahun-tahun, Google memegang kendali penuh di dunia mesin pencari dan iklan berbasis penelusuran. Namun, generasi muda seperti Gen Z dan Gen Alpha mulai meninggalkan kebiasaan "Googling" dan lebih sering menggunakan kata "mencari".
"Tren ini mencerminkan pergeseran perilaku digital di kalangan pengguna muda," kata Mark Shmulik (Seorang Analis Bernstein Research).
Salah satu faktor utama di balik perubahan ini adalah munculnya alat AI seperti ChatGPT dari OpenAI dan Perplexity AI. Keduanya menggunakan model bahasa besar yang memungkinkan pengguna mendapatkan jawaban dalam bahasa alami, yang dirancang untuk lebih mudah dipahami. ChatGPT, misalnya, langsung mencatat rekor sebagai aplikasi dengan pertumbuhan pengguna tercepat setelah diluncurkan pada akhir 2022.
Google tentu tidak tinggal diam. Pada Maret 2023, perusahaan ini meluncurkan Gemini, sebuah model bahasa besar yang memberikan hasil pencarian Google dalam format yang lebih alami dan mudah dipahami. Selain itu, Google juga meluncurkan serangkaian alat generatif AI yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan mesin pencarinya, termasuk memanfaatkan AI untuk menyajikan iklan dengan lebih efektif.
Salah satu contohnya adalah iklan produk Tide yang muncul di bawah pencarian untuk "cara menghilangkan noda rumput dari jeans".
"Google yakin bahwa pendekatan berbasis AI ini akan berhasil," kata Brendon Kraham (Wakil Presiden Google yang Bertanggung Jawab atas Bisnis Iklan Penelusuran) seperti dikutip Business Insider.
Namun, persaingan semakin ketat. Perplexity AI, salah satu mesin pencari berbasis AI, melaporkan bahwa mereka memproses 340 juta pencarian pada bulan September, dengan banyak perusahaan besar tertarik untuk beriklan di platform tersebut. Perplexity bahkan telah menarik perhatian investor seperti Jeff Bezos dan Nvidia, meskipun platform ini juga mendapat kritik karena menggunakan materi berhak cipta tanpa mencantumkan sumbernya.
Perplexity berencana memanfaatkan iklan yang lebih interaktif, dengan pertanyaan lanjutan dari hasil pencarian yang dapat disponsori. Hal ini memungkinkan merek untuk terlibat lebih langsung dengan pengguna. Jawaban dari pertanyaan yang disponsori akan disetujui sebelumnya oleh pengiklan, memberikan kontrol penuh atas bagaimana merek mereka digambarkan.
Dengan perkembangan AI yang semakin pesat, masa depan Google sebagai penguasa pasar iklan internet mungkin sedang dipertaruhkan.
Baca Juga: TikTok PHK Massal, Ratusan Pekerja Digantikan dengan Teknologi AI
Source | : | Business Insider |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR