Find Us On Social Media :

Philips: AI Bisa Bantu Atasi Kesenjangan pada Pelayanan Kesehatan

By Cakrawala Gintings, Senin, 14 Oktober 2024 | 22:30 WIB

(ki-ka) Setiaji S.T., M.Si. (Chief Digital Transformation Officer, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia), Astri Ramayanti Dharmawan (Presiden Direktur Philips Indonesia), Caroline Riady (Chief Executive Officer, Siloam Hospitals Group), dan Roy Jakobs (Chief Executive Officer Royal Philips) berfoto bersama usai Philips membagikan sejumlah temuan pada 'Future Health Index 2024' dan menyelenggarakan dialog mengenai tantangan-tantangan pelayanan kesehatan di Indonesia dan bagaimana teknologi-teknologi digital bisa membantu mengatasinya, awal bulan ini di Jakarta.

Terdapat tiga tindakan yang dikemukakan Philips yang bisa membantu mengatasi kesenjangan tenaga kesehatan alias kurangnya staf pelayanan kesehatan. Ketiga solusi tersebut adalah automasi, menyelenggarakan pelayanan virtual, dan memanfaatkan AI. Philips mengeklaim ketiga solusi yang dikemukakannya pun berdasarkan survei yang dilakukan.

Automasi maksudnya mengotomatiskan sejumlah alur kerja pelayanan kesehatan. Menyelenggarakan pelayanan virtual merujuk pada menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dilakukan secara virtual seperti konsultasi medis via panggilan video. Adapun memanfaatkan AI maksudnya memanfaatkan AI untuk mempercepat pengambilan keputusan klinis. AI contohnya bisa dengan cepat melakukan interpretasi terhadap rontgen dan memberikan peringatan kepada dokter untuk yang butuh penanganan medis segera. Keputusan akhir tentunya tetap pada dokter.

Kesenjangan Insight

Philips menyebutkan kesenjangan insight disebabkan oleh data yang tersebar di silo-silo dan jumlah data yang sangat banyak. Data yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar di berbagai tempat penyimpanan membuat pelayanan kesehatan sulit untuk mendapatkan insight yang relevan dari data itu. Insight yang mumpuni bisa membatu pelayanan kesehatan menghadirkan layanan kesehatan yang lebih baik. Sebanyak 98% pemimpin pelayanan kesehatan di Indonesia menyatakan organisasinya mengalami kesulitan integrasi data yang memengaruhi kemampuan mereka dalam menyediakan perawatan yang unggul dan sigap.

Terdapat tiga solusi yang dikedepankan Philips untuk kesenjangan insight. Para solusi yang dimaksud adalah memanfaatkan AI, menelaah dan memanfaatkan teknologi-teknologi AI terbaru, serta melakukan integrasi data yang seamless dan transparansi penggunaan. Ketiga solusi yang dikedepankan Philips ini juga berdasarkan survei. Begitu pula nantinya solusi-solusi yang dikemukakan untuk kesenjangan keberlanjutan.

Philips turut menyelenggarakan dialog membahas berbagai tantangan pelayanan kesehatan di Indonesia dan bagaimana aneka teknologi digital bisa membantu mengatasinya. Dialog melibatkan Roy Jakobs (kanan), Caroline Riady (kedua dari kanan); dan Setiaji S.T., M.Si. (ketiga dari kanan).

Memanfaatkan AI merujuk pada memanfaatkan AI untuk membantu pengambilan keputusan klinis seperti pada solusi tenaga kesehatan. Menelaah dan memanfaatkan teknologi-teknologi AI terbaru maksudnya mengkaji dan memanfaatkan aneka teknologi AI terkini, seperti AI generatif alias generative AI, untuk membuka tingkatan lebih tinggi akan efisiensi dan insight pelayanan kesehatan. Sementara yang ketiga merujuk pada integrasi data yang mulus tanpa hambatan dan transparansi penggunaan data tersebut pada pelayanan kesehatan.

Kesenjangan Keberlanjutan

Adapun kesenjangan keberlanjutan bukan sekadar keberlanjutan perihal lingkungan, melainkan juga perihal keuangan. Philips menegaskan bahwa keberlanjutan maksudnya bukan sekadar bagaimana pelayanan kesehatan bisa ramah lingkungan, melainkan juga bisa menekan biaya dan bisnisnya terus berlanjut, sembari memastikan layanan kesehatan yang terjangkau bagi setiap orang. Sejumlah 99% pemimpin pelayanan kesehatan di tanah air meyakini bahwa upaya pengurangan emisi CO2 dan dampak lingkungan dari pelayanan kesehatan harus diprioritaskan organisasi. Seluruh alias 100% pemimpin pelayanan kesehatan di Indonesia menyatakan pula organisasinya mengalami tantangan finansial.

Seperti lainnya, juga ada tiga solusi yang dikemukakan Philips untuk kesenjangan keberlanjutan. Ketiga solusi bersangkutan adalah melakukan pengadaan keberlanjutan dan berinvestasi pada infrastruktur hijau, memprioritaskan penggunaan peralatan yang bisa dipakai ulang dan sumber energi terbarukan, serta kerja sama yang lebih lanjut dengan ekosistem.

Melakukan pengadaan keberlanjutan maksudnya melakukan pengadaan pelayanan kesehatan yang lebih ramah lingkungan seperti memakai peralatan dengan material daur ulang, sedangkan berinvestasi pada infrastruktur hijau merujuk pada berinvestasi pada infrastruktur pelayanan kesehatan yang lebih ramah lingkungan. Memprioritaskan penggunaan peralatan yang bisa dipakai ulang maksudnya memprioritaskan penggunaan peralatan medis yang bisa dipakai berulang kali, sedangkan memprioritaskan penggunaan sumber energi terbarukan merujuk pada memprioritaskan pemanfaatan energi dari sinar matahari, geotermal, angin, dan sejenisnya. Sementara kerja sama yang lebih lanjut dengan ekosistem maksudnya meningkatkan kerja sama yang terjalin dengan ekosistem pelayanan kesehatan.