Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan menggelar Short Course: Santri Menjadi Content Creator, dan Santri Mahir AI (Artifial Intelligence). Dua pelatihan ini digelar dalam rangka menyambut peringatan Hari Santri 2024. “Dua short course ini khusus digelar untuk menyemarakkan Hari Santri, dirancang untuk membekali para santri menyiapkan diri menyongsong masa depan,” ungkap Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Suyitno di Jakarta.
Menurut Suyitno, dunia yang terus berubah dan dipenuhi dengan teknologi ini harus direspons pesantren dengan positif. Pesantren harus memanfaatkan teknologi untuk mempercepat penyampaian materi dakwah dan belajar. “Santri harus beradaptasi dengan teknologi agar menjadi pribadi yang komplit, menguasai ilmu keagamaan dengan baik sekaligus menguasai teknologi,” tambahnya.
Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Mastuki mengungkapkan, dua short course ini melibatkan nara sumber yang professional di bidangnya, yaitu para content creator santri yang memiliki rekam jejak sangat panjang.
“Semua pengisinya adalah para ahli, baik yang untuk content creator maupun Artificial Intelligence. Kita ingin memberikan layanan terbaik untuk para santri dalam mempelajari dua hal ini,” ungkapnya.
Mastuki menambahkan, untuk content creator, materi yang akan dipelajari antara lain: storytelling, menulis naskah, branding, teknik produksi, dan lainnya. Sementara untuk Mahir Artificial Intelligence, materi yang dipelajari berfokus pada AI yang bisa membantu santri mengembangkan ilmu agama, antara lain: AI dan masa depan santri, penggunaan AI untuk menulis arab, pembuatan chatbot santri, dll.
Anggaran Jumbo
CEO Google Sundar Pichai mengumumkan Google akan menyiapkan anggaran senilai 120 juta dolar AS atau sekitar Rp1,8 triliun untuk mendukung pendidikan dan pelatihan artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan (AI) secara global.
"Ada empat peluang utama yang ditawarkan AI untuk pembangunan berkelanjutan, yaitu memfasilitasi akses informasi dalam bahasa lokal, mempercepat penemuan ilmiah, memberikan peringatan terkait bencana iklim, dan mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya saat berbicara di konferensi tingkat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti dikutip Tech Crunch.
Untuk menghindari kesenjangan AI secara global, Google meluncurkan Dana Peluang AI Global senilai 120 juta dolar AS, bekerja sama dengan organisasi nirlaba dan lembaga lokal untuk menyediakan pelatihan dan pendidikan AI di berbagai komunitas di seluruh dunia.
Pichai juga menekankan pentingnya regulasi produk AI yang tepat untuk meminimalkan risiko, serta menolak kebijakan proteksionis nasional agar pemanfaatan AI dapat merata dan optimal. Sementara itu Goldman Sachs memperkirakan ada 18 persen pekerjaan di seluruh dunia pada akhirnya akan digantikan teknologi AI.
Apalagi, saat ini ChatGPT paling banyak digunakan untuk mendukung para pekerja di berbagai industri, membantu mereka menyelesaikan tugas-tugas yang masih membutuhkan penilaian manusia.
"Saat ini, kecerdasan buatan harus dilihat sebagai alat untuk mendukung pekerja dan bukan sebagai pengganti peran mereka. Tentu saja, model bahasa prediktif dapat digunakan untuk mengotomatisasi tugas-tugas, sehingga memberikan lebih banyak waktu bagi pekerja untuk fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran yang lebih tinggi," kata wakil presiden senior Andrew Challenger dalam sebuah pernyataan.