Find Us On Social Media :

Laporan e-Conomy SEA 2024: Ekonomi Digital Indonesia Bertumbuh

By Cakrawala Gintings, Senin, 25 November 2024 | 19:00 WIB

(ki-ka) Aadarsh Baijal (Partner di Bain & Company), Veronica Utami (Country Director, Google Indonesia), dan Cassie Wu (Direktur, Asia Tenggara, Temasek) berfoto bersama usai menyampaikan laporan e-Conomy SEA 2024, khususnya perihal Indonesia. Menurut laporan ini, ekonomi digital Indonesia bertumbuh.

Laporan e-Conomy SEA 2024 yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan bahwa ekonomi digital Indonesia bertumbuh dan diprediksikan akan mencapai GMV (gross merchandise value) sekitar US$90 miliar pada tahun 2024. Nilai tersebut meningkat sekitar 13% dari tahun 2023 lalu plus menjadikan Indonesia sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Hal bersangkutan disampaikan Google, Temasek, dan Bain & Company di Jakarta pada pertengahan November ini.

Adapun sektor yang menjadi penyumbang terbesar adalah e-commerce. Sektor e-commerce diperkirakan bertumbuh sebesar 11% dibandingkan sebelumnya sehingga pada tahun 2024 akan mencapai GMV sekitar US$65 miliar. Pertumbuhan e-commerce didorong dengan terus berinovasinya platform e-commerce besar, termasuk menawarkan fitur-fitur baru seperti video commerce untuk meningkatkan pengalaman pengguna dalam berbelanja.

Menariknya lagi, menurut laporan e-Conomy SEA 2024, Indonesia merupakan pasar dengan peningkatan tercepat kedua perihal jumlah video yang diunggah para kreator, Berdasarkan laporan e-Conomy SEA terbaru tersebut, jumlah video yang diunggah para kreator yang dimaksud memiliki CAGR (compound annual growth rate) sekitar 16% dari tahun 2022 sampai 2024.

Laporan e-Conomy SEA 2024 menyatakan bahwa ekonomi digital Indonesia diprediksikan bertumbuh sekitar 13% dari tahun 2023 sehingga mencapai GMV sekitar US$90 miliar pada tahun 2024 sekaligus yang terbesar di Asia Tenggara.

“Seiring berkembangnya lanskap digital, kami melihat video commerce dan ekonomi kreator terus bertumbuh. Komunitas kreator video yang berkembang pesat di Indonesia, yang merupakan komunitas dengan pertumbuhan tercepat kedua di kawasan ini setelah Singapura, menandakan potensi besar yang dimiliki Indonesia di bidang ini,” sebut Veronica Utami (Country Director, Google Indonesia).

Sektor-Sektor Lain juga Bertumbuh

Selain e-commerce; laporan e-Conomy SEA 2024 juga menyebutkan sektor-sektor lain bertumbuh; yakni sektor perjalanan daring, tepatnya agen perjalanan daring; transportasi dan makanan daring; serta media daring. Bahkan, prediksi peningkatan ketiga sektor ini lebih tinggi dari e-commerce. Namun, GMV sektor e-commerce diyakini masih akan tetap yang terbesar dus menjadi porsi terbesar dari GMV yang berkisar US$90 miliar tadi.

Sektor perjalanan daring/agen perjalanan daring diprediksikan meningkat kira-kira 24% dari tahun 2023 sehingga akan mencapai GMV berkisar US$9 miliar pada tahun 2024. Pembelanjaan untuk perjalanan ke luar negeri melonjak sekitar 400% dari tahun 2020 karena orang Indonesia memanfaatkan peluang untuk bepergian ke luar negeri, meski utamanya masih di wilayah Asia Tenggara dengan kontribusi kira-kira 51% dari pengeluaran ke luar negeri.

Sektor e-commerce diperkirakan tetap menjadi penyumbang terbesar untuk ekonomi digital Indonesia pada tahun 2024. Sektor ini diprediksikan bertumbuh kira-kira 11% dibandingkan sebelumnya sehingga pada tahun 2024 akan mencapai GMV sekitar US$65 miliar.

Sektor transportasi dan makanan daring diperkirakan bertambah sekitar 13% dari tahun 2023 sehingga akan mencapai GMV kira-kira US$9 miliar pada tahun ini. Khusus transportasi daring diprediksikan bertumbuh kira-kira 50% dari tahun 2023 menjadi berkisar US$3 miliar pada tahun 2024. Adapun (pengiriman) makanan daring diperkirakan bertumbuh sekitar 20% dari tahun 2023 menjadi berkisar US$6 miliar pada tahun 2024.

Google, Temasek, dan Bain & Company menyatakan peningkatan transportasi daring didorong pulihnya permintaan akan perjalanan harian dan internasional, adopsi dan penetrasi yang tinggi ke kota kecil, serta promosi yang gencar oleh operator pendatang baru untuk menarik banyak pengguna. Makanan daring sendiri didorong oleh meningkatnya permintaan konsumen dan ekspansi pelaku usaha pengiriman ke kota-kota kecil dan daerah pedesaan.

Sementara sektor media daring diprediksikan bertumbuh kira-kira 12% dari tahun lalu sehingga akan mencapai GMV berkisar US$8 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya popularitas konten digital, gim, dan layanan streaming.

“Ekonomi digital Asia Tenggara terus berkembang pesat, dengan pertumbuhan GMV dan pendapatan dua digit yang berkelanjutan serta lonjakan profitabilitas di berbagai sektor yang dipimpin oleh para pemain penting. Indonesia memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ini sebagai ekonomi digital terbesar di kawasan dan kami memperkirakan GMV akan naik dua kali lipat hingga tahun 2030, terutama didorong oleh sektor e-commerce dan perjalanan daring, khususnya dengan peningkatan perjalanan intraregional,” tutur Aadarsh Baijal (Partner di Bain & Company).

Layanan Keuangan Digital dan Pendanaan Swasta

Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan pula bahwa layanan keuangan digital di Indonesia sedang menjalani penyesuaian strategis untuk memastikan keberlanjutan bisnis. Mereka melakukan penyesuaian mulai dari mengoptimalkan biaya operasional dan memperluas ke pasar-pasar baru, hingga memanfaatkan penggunaan teknologi AI.

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2024, layanan keuangan digital mengalami pertumbuhan pesat. Dua sektor terbesar adalah pembayaran digital dan pinjaman digital. Pembayaran digital diperkirakan meningkat sekitar 19% dari tahun 2023 sehingga akan akan mencatat GTV (gross transaction value) kira-kira US$404 miliar pada tahun 2024. Sementara pinjaman digital diprediksikan bertumbuh sekitar 27% dari sebelumnya dan akan mencapai GMV berkisar US$9 miliar pada tahun ini.

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2024, layanan keuangan digital mengalami pertumbuhan dengan pembayaran digital dan pinjaman digital menjadi dua sektor terbesar.

Adapun pendanaan swasta di Indonesia, sentimen investor masih lesu dengan nilai sekitar US$300 juta dari 51 transaksi pada semester pertama tahun 2024. Pada semester pertama tahun 2023, angkanya lebih tinggi dengan nilai berkisar US$400 juta dari seratus transaksi.

Namun, kebanyakan investor memperkirakan volume transaksi akan meningkat lagi, khususnya pada bidang SaaS (software as a service), fintech (financial technology — teknologi finansial), perawatan kesehatan, dan AI (artificial intelligence — kecerdasan buatan). Menurut laporan e-Conomy SEA kali ini, sekitar 65% investor di Indonesia memperkirakan pendanaan dalam negeri akan meningkat antara tahun 2025 sampai 2030.

“Para investor yakin akan potensi jangka panjang ekonomi digital Indonesia karena faktor-faktor fundamental yang kuat, seperti tren demografis yang menguntungkan dan basis pengguna yang sangat aktif,” ujar Cassie Wu (Direktur, Asia Tenggara, Temasek). “Temasek tetap berkomitmen untuk mengalokasikan modal yang bersifat katalitik ke dalam ekonomi digital Indonesia guna mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, sehingga setiap generasi dapat mencapai kesejahteraan.”

Pendanaan swasta di Indonesia, sentimen investor masih lesu dengan nilai sekitar US$300 juta dari 51 transaksi pada semester pertama tahun 2024, lebih rendah dari semester pertama tahun 2023.

Bicara AI, AI dipercaya juga mentransformasi lanskap digital Indonesia. Bidang pemasaran, gim, dan pendidikan menjadi faktor pendorong minat penelusuran terhadap AI. Kini makin banyak bisnis yang menggunakan AI untuk iklan tepat sasaran, memberikan engagement yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, serta pengalaman pengguna yang immersive. AI telah menjadi alat penting untuk meningkatkan efisiensi, pengalaman pelanggan, dan inovasi.

“Penerapan AI akan mempercepat transformasi digital di berbagai industri dan secara geografis. Menariknya, minat terbesar terhadap AI datang dari Kalimantan Timur, Jakarta, dan Kepulauan Riau,” kata Veronica sembari menambahkan bahwa kapasitas pusat data Google yang telah direncanakan juga diperkirakan akan tumbuh.

Goole menyebutkan bahwa kapasitas pusat data yang telah mereka rencanakan diperkirakan akan tumbuh sejumlah 268% dari kapasitas 202 MW saat ini. Pertumbuhan tersebut adalah untuk mendukung komputasi, layanan AI, dan pertumbuhan data yang lebih cepat.