Palo Alto Networks, pemimpin keamanan siber global, merilis prediksi keamanan siber di tahun 2025 untuk kawasan Asia Pasifik.
Prediksi ini mencakup lima tren utama yang diperkirakan akan muncul dalam kurun waktu dua belas bulan ke depan dan dirancang agar para praktisi siber dapat mempersiapkan organisasi mereka dengan lebih baik di masa depan dalam menghadapi tantangan keamanan siber.
Organisasi di wilayah Asia Pasifik telah menekankan pentingnya integrasi AI di dalam proses bisnis pada 2024. Hal ini mencakup proses keamanan siber, di mana organisasi dan aktor jahat kerap bersaing dalam persaingan pemanfaatan teknologi AI.
Yang mengkhawatirkan adalah, menurut laporan terbaru PwC, lebih dari 40 persen petinggi perusahaan mengatakan bahwa mereka tidak memahami risiko siber yang ditimbulkan oleh teknologi baru seperti Generative AI.
Pada 2025, AI akan menjadi pusat dari strategi keamanan siber seiring dengan pemanfaatan AI oleh organisasi dalam memitigasi risiko secara proaktif. Yang terpenting, organisasi juga harus berupaya untuk mengamankan berbagai model AI yang mereka kembangkan sendiri.
Simon Green (President, Asia Pacific and Japan at Palo Alto Networks) mengatakan kawasan Asia Pasifik akan menghadapi badai ancaman siber berbasis AI yang kian meningkat dalam skala, kecanggihan, hingga dampak pada tahun 2025. Kini organisasi perlu beralih ke platform yang terintegrasi dan didukung oleh teknologi AI yang transparan dan dapat diandalkan untuk tetap menjadi yang terdepan.
"Ketika serangan kuantum bermunculan dan serangan deepfake berkembang menjadi metode penipuan, perusahaan harus terus berinovasi atau terancam tertinggal oleh aktor jahat. Serangan ini tidak bisa dianggap sepele, kepercayaan menjadi ‘mata uang’ penting di era baru keamanan siber ini," ujarnya.
Mulai dari lonjakan serangan siber yang berdampak signifikan hingga integrasi AI kuantum untuk solusi hemat energi, prediksi keamanan siber dari Palo Alto Networks untuk tahun 2025 dapat menjadi panduan penting bagi organisasi dalam menyusun strategi dan memaksimalkan potensi implementasi teknologi AI.
Transparansi akan menjadi landasan untuk menjaga kepercayaan pelanggan di era AI
Para pengambil kebijakan di kawasan Asia Pasifik mulai menyoroti perlindungan data dan implikasi keamanan siber dari penggunaan sejumlah model AI yang terus berkembang. Hal ini merupakan bagian dari upaya menyeluruh untuk membangun kepercayaan pada penggunaan AI dan mendorong inovasi yang berbasis AI.
Pada 2025, para pembuat kebijakan di kawasan Asia Pasifik akan memfokuskan perhatian pada etika, perlindungan data, dan transparansi AI. Namun, peningkatan penggunaan model AI akan menyebabkan peningkatan fokus pada keamanan AI, integritas dan reliabilitas data yang digunakan.
Transparansi dan komunikasi proaktif mengenai mekanisme model AI–khususnya terkait pengumpulan data, rangkaian data pelatihan, hingga proses pengambilan keputusan–akan sangat penting untuk membangun kepercayaan pelanggan.