Di era digital seperti sekarang, semakin banyak perusahaan yang mengandalkan sistem IT untuk mengembangkan bisnis mereka. Nah, seiring bisnis yang berkembang, jumlah data yang dihasilkan oleh perusahaan tentu akan bertambah. Artinya, kebutuhan terhadap penyimpanan data berkualitas tentu ikut meningkat pula.
Market analyst IDC Indonesia bahkan memprediksi bahwa proses digitalisasi akan mendorong nilai pasar pusat data dan pelayanan komputasi awan Indonesia yang akan tumbuh dua digit dalam lima tahun ke depan.
Dalam memenuhi kebutuhan data center tersebut, perusahaan dihadapkan pada dua pilihan: menggunakan layanan penyedia data center atau membangun data center sendiri (in-house).
Beberapa dari Anda mungkin berpikir bahwa membangun data center secara in-house merupakan pilihan yang tepat karena Anda akan mendapatkan akses dan kontrol penuh terhadap pengelolaannya. Hal ini memang benar, tetapi jangan lupa untuk mempertimbangkan berbagai hal penting lainnya, terutama soal biaya. Dibutuhkan investasi awal yang tidak sedikit untuk membangun data center sendiri. Setiap aspek harus Anda pikirkan agar segalanya ter-cover dengan baik, mulai dari instalasi sistem kabel dan jaringan, sistem pendingin, hingga sistem keamanan.
Belum maksimalnya infrastruktur listrik untuk data center di Indonesia
Salah satu hal terpenting yang wajib diperhatikan dalam membangun data center secara in-house adalah infrastruktur listrik. Sayangnya, hal ini jugalah yang sampai saat ini masih menjadi tantangan utama industri data center di Indonesia, seperti yang disampaikan pada laporan IDC mengenai indeks data center untuk wilayah Asia Pasifik. Pasalnya, distribusi listrik di Indonesia belum merata dan pemadaman bergilir masih cukup sering terjadi. Jika data center Anda sering mengalami listrik padam, tentu akan mengganggu efektivitas penyimpanan data dan efisiensi kerja.
Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam melihat kondisi tersebut. Upaya mengurangi subsidi energi dan bahan bakar tengah dilakukan demi menyediakan lebih banyak anggaran untuk infrastruktur. Laporan dari Lowy Institute for International Policy bahkan menyebutkan bahwa kini pemerintah Indonesia memiliki rencana yang bisa dibilang cukup ambisius, yakni mendirikan 291 pembangkit tenaga listrik, lebih dari 1.000 gardu, dan 47.000 km saluran transmisi dan distribusi baru.
Mengingat kondisi infrastruktur listrik di Indonesia yang seperti itu, lalu apa yang harus dilakukan oleh perusahaan jika ingin membangun data center sendiri?
Perusahaan pun dianjurkan membangun pembangkit listrik sendiri untuk mendukung data center. Adanya inisiatif yang pro aktif dari pihak swasta (perusahaan) diharapkan mampu setidaknya meredakan masalah terkait infrastruktur listrik tersebut. Tentunya pembangunan pembangkit listrik untuk fasilitas data center tidaklah murah. Lagi-lagi dibutuhkan modal atau investasi awal yang sangat banyak, bahkan bisa mencapai triliunan rupiah.
Minimnya SDM dengan kemampuan mengelola data center
Optimalisasi data center tidak hanya tentang sistem IT, tetapi juga sumber daya manusia (SDM) sebagai pihak yang mengelolanya. Sayangnya, SDM di Indonesia dinilai masih belum siap menghadapi perkembangan teknologi, termasuk yang berhubungan dengan data center. Jumlah SDM yang memiliki skill dalam bidang IT—khususnya data center—masih relatif sedikit. Jika ada pun biasanya kualitasnya tidak sesuai dengan ekspektasi perusahaan.
Alhasil, Anda harus bersaing dengan banyak perusahaan lain untuk mendapatkan SDM yang benar-benar paham dan qualified untuk menangani masalah IT dan data center. Kemungkinan besar Anda harus bersedia menawarkan gaji dalam jumlah cukup tinggi demi membuat calon kandidat karyawan tertarik untuk bekerja di perusahaan Anda.
Jika jumlah SDM yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, mungkin hal ini tidak akan menjadi masalah. Namun, data center yang dibangun secara in-house membutuhkan SDM yang tidak sedikit karena Anda harus memastikan agar segala area ter-cover dengan baik. Belum lagi jika membahas tentang sistem keamanan yang idealnya harus diterapkan selama 24 jam. Anda tentu harus merekrut banyak SDM sekaligus agar mereka bisa bekerja secara shift dalam menjaga data center perusahaan. Biaya yang dikeluarkan pun akan lebih banyak lagi jumlahnya.
Sistem keamanan data center membutuhkan banyak biaya
Aspek lain yang membuat pembangunan data center secara in-house begitu mahal adalah sistem keamanan. Untuk memastikan bahwa data center Anda terjaga secara aman, merekrut SDM khusus bukan satu-satunya langkah yang harus Anda lakukan. Anda juga membutuhkan perangkat keamanan pendukung lain seperti CCTV serta memastikan bahwa lingkungan bangunan data center memang aman.
Selain itu, sistem keamanan juga harus men-cover seluruh data yang tersimpan di dalam data center. Menurut Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), Indonesia mendapat kurang lebih 42.000 serangan cyber setiap harinya. Jumlahnya bahkan diprediksi terus meningkat setiap tahunnya. Dengan kondisi seperti ini, mau tak mau Anda dituntut untuk terus meningkatkan level sistem keamanan sesuai dengan tren dan regulasi terkini.
Lagi-lagi kebutuhan tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk dipenuhi. Sebagai pemilik data center in-house, Anda yang bertanggung jawab untuk terus memperbarui software keamanan data center. Belum lagi penerapan sistem disaster recovery planning sebagai langkah untuk berjaga-jaga jika data center Anda mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.
Penyedia layanan data center sebagai alternatif yang tepat
Dengan tingginya jumlah biaya yang dibutuhkan untuk membangun data center secara in-house, apakah ini artinya perusahaan Anda terpaksa tidak menggunakan data center?
Tentu saja tidak. Anda tetap bisa menggunakan data center untuk menyimpan berbagai data dan informasi krusial perusahaan, yakni dengan memanfaatkan layanan penyedia data center. Jika dibandingkan dengan membangun sendiri, pemanfaatan layanan penyedia data center jelas jauh lebih terjangkau. Investasi awalnya tidak memakan biaya terlalu mahal. Anda bahkan bisa menyesuaikan biaya sewa sesuai skala pertumbuhan perusahaan.
Selain itu, idealnya penyedia layanan data center juga telah memiliki personil atau tim yang mampu dalam menjaga dan mengelola data center mereka. Dengan begitu, Anda bisa fokus merekrut atau memaksimalkan SDM IT untuk internal perusahaan. Lagi-lagi Anda bisa menekan lebih banyak biaya karena tak perlu membayar gaji untuk banyak personil IT.
Maka, dapat disimpulkan bahwa menggunakan penyedia layanan data center merupakan opsi yang lebih murah ketimbang membangun data center secara in-house. Bahkan jika Anda memiliki biaya untuk membangun data center, tak ada salahnya untuk tetap menggunakan penyedia layanan data center sehingga Anda bisa mengalokasikan biaya untuk hal-hal penting lainnya.
Meski begitu, perlu diingat untuk tidak hanya mempertimbangkan masalah harga dalam pemilihan penyedia layanan data center. Pastikan pula bahwa Anda juga memperhatikan berbagai fasilitas dan keamanan yang diberikan. Jika Anda tertarik untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi WEBSITE berikut ini.