Industri ride-hailing sebagai ekosistem bisnis yang sedang berkembang menghadapi permasalahan pelik yaitu aksi kecurangan order fiktif.
Grab pun mengumumkan hasil kampanye "Grab Lawan Opik" yang bertujuan untuk mengatasi penipuan di platform Grab.
Tri Sukma Anreianno (Head of Public Affairs Grab Indonesia) mengatakan modus order fiktif sangat merugikan pelanggan hingga 20 persen. Karena itu, Grab telah meningkatkan upaya dan investasi dalam bidang teknologi anti kecurangan untuk memberantas aksi order fiktif yang meresahan pelanggan.
"Kami sukses menurunkan 80 persen tindak kecurangan di platform Grab dan melakukan beberapa penangkapan sindikat besar di kota-kota seperti Jakarta dan Makassar. Saat ini Grab dua kali lebih tangguh menghadapi tindak kecurangan dibandingkan kompetitor lain di Asia Tenggara," katanya di dalam diskusi publik INDEF mengenai tindak kecurangan di industri ride-hailing.
Dengan pesatnya pertumbuhan industri teknologi, pelaku telah memanfaatkan celah teknologi untuk meningkatkan keuntungan mereka. Bahkan, profil curian dari pengemudi ride-hailing dihargai lima kali lebih mahal di pasar gelap dibandingkan informasi kartu kredit curian.
Tri mengatakan aksi order fiktif seharusnya menjadi salah satu topik paling penting di industri ride hailing saat ini lantaran menjadi penyebab hilangnya jutaan dolar bagi mitra pengemudi, investor dan ekonomi digital di Indonesia.
"Dengan teknologi terbaru dan berkolaborasi dengan pihak berwajib, kami dapat mengurangi dan melacak pelaku tindak kecurangan dalam platform kami serta menangkap sindikat di kota-kota seperti Makassar dan Jakarta," ujarnya.
Berikut strategi Grab memberantas order fiktif :
1. Alat pencegahan.
Selama bertahun-tahun, Grab telah menerapkan berbagai algoritma machine learning untuk mengidentifikasi keadaan kemungkinan terjadinya tindak kecurangan dan menangkal tindak kecurangan terjadi. Grab memiliki beberapa paten tertunda pada teknologi untuk mengatasi tindak kecurangan. Misal, Grab membuat model yang kuat untuk memprediksi perjalanan yang berisiko tinggi dan menjalankan berbagai upaya untuk mencegah sebagian besar perjalanan yang berisiko terhadap tindak kecurangan sebelum terjadi.
"Kami juga menggunakan grafik dan model jaringan khusus untuk mengungkap dan menangkap sindikat-sindikat tindak kecurangan," ujarnya.
2. Alat pendeteksi.