Find Us On Social Media :

Meskipun Bergaji Besar, Inilah Resiko Jadi Karyawan Kontrak Google

By Adam Rizal, Jumat, 3 Agustus 2018 | 10:00 WIB

Ilustrasi kantor Google

Sebab, merekrut pegawai kontrak bisa menekan jumlah pekerja tetap. Dengan begitu, biaya bisa dialirkan ke bidang utama, seperti pengembangan kecerdasan buatan. Setali tiga uang, para investor juga berharap perusahaan tetap bisa meningkatkan peforma dengan menekan jumlah pegawai.

Respons Google Juru bicara Google mengaku jika perekrutan TVC hanya terjadi jika Google tidak memiliki ahli khusus, seperti supir shuttle bus, dokter, dan penguji berkualitas yang memiliki asuransi.

Alasan lainnya, para pekerja kontrak direkrut untuk mengisi posisi yang sedang kosong, seperti ditinggal cuti pegawai tetap. Kendati demikian, masih ada pekerja kontrak yang yakin jika bekerja di Gogle, meski kontrak, bisa menjadi batu loncatan karirnya. Mereka juga memandang Google sebagai tempat kerja yang dermawan. Walupun beberapa di antaranya merasa tersisihkan.

"Orang-orang akan menunduk meskipun kamu melakukan pekerjaan yang sama," ungkap salah satu pekerja kontrak yang telah bekerja selama dua tahun di Google. Salah satu mantan TVC juga mengatakan, "Kamu di sana, tapi kamu tidak (benar-benar) di sana".

Isu lain yang menjadi sorotan adalah hak asuransi kesehatan para pekerja kontrak. Jika pun ada, rencana asuransi yang ditawarkan tidak memadai atau bahkan tidak ada penawaran.

Menurut kesaksian dari mantan pegawai kontrak yang berasal dari agensi Adecco, Google memberikan asuransi kesehatan untuk penyakit diabetes yang dideritanya sebesar 600 dollar AS, sekitar Rp 8,6 juta.

Dalam beberapa tahun terakhir, Google sempat menarik pegawai kontrak ke pegawai in-house. Namun, setelah mendapat berbagai kritik pada tahun 2014, Google mengumumkan jika beberapa pegawai kemanan bisa menjadi pegawai tetap.

Banyak pekerja kontrak yang bekerja tak lebih dari dua tahun. Beberapa di antaranya melakukan pekerjaan di beberapa bidang dengan harapan bisa diangkat menjadi pegawai tetap.

Nasib pekerja kontrak di level atas cukup mujur. Setidaknya, mereka diizinkan menyematkan nama "Google" di akun LinkedIn mereka sebagai pegawai kontrak. Mantan pegawai kontrak Google yang pernah menjadi salah satu marketing Google Polandia, Chris Szymczak mengatakan bahwa hubungan pekerja kontrak dan tetap sangat baik, bahkan di luar pekerjaan.

Para pegawai tetap bisa memberikan rekomendasi untuk pegawai kontrak, agar mendapat pekerjaan baru di masa mendatang. Namun tak semua bernasib sama seperti Szymczak. Perkara pilih kasih pernah diterima salah satu mantan pegawai tetap Google.

Pernah suatu hari, eksekutif baru dari sebuah divisi datang. Ia pun bercakap-cakap dengan beberapa pegawai, menanyakan beberapa hal manajerial seperti apa rencana Anda lima tahun mendatang.

Keesokan harinya, ia tertunduk malu, baru menyadari jika pegawai yang ia ajak bicara sebelumnya adalah para pegawai kontrak, bukan pegawai tetap. Ia pun meminta pegawainya melupakan semua yang telah didiskusikan sebelumnya.

Belum diketahui apakah isu pegawai kontrak ini masih ada di Google untuk saat ini atau tidak. Mengingat pada kuartal-II 2018, Google sesumbar memiliki 89.058 pegawai tetap, tanpa menyebut jumlah pegawai kontraknya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sisi Lain di Balik Menterengnya Kerja di Google".