“Akses ini dibangun berdasarkan needs dari konsumen Adira” Dodi Soewandi, IT Director Adira Finance
Proses pengembangan Akses dimulai dengan melakukan Forum Group Discussion (FGD) ke beberapa konsumen untuk menanyakan fasilitas yang paling dibutuhkan. Setelah itu, tim lintas divisi ini secara kontinu mengembangkan aplikasi sesuai keinginan konsumen tersebut. “Setiap ada major development, tim ini akan mengembalikan ke Forum Group Discussion tersebut untuk mendapatkan feedback” tambah Dodi.
Karena proses development dan feedback dilakukan secara terus-menerus, pengembangan aplikasi pun bisa berjalan dengan cepat. “Tim ini dibentuk sejak September 2017, dan Januari 2018 sudah bisa melakukan soft launch” ungkap Dodi menggambarkan kecepatan proses. Setelah soft launch pun, tim masih terus bekerja untuk menjawab setiap masukan dari konsumen. “Ketika ada feedback dari customer, hari itu juga sudah harus diselesaikan” ungkap Dodi.
Perubahan cara kerja dari waterfall ke agile ini memang menuntut perubahan kultur yang signifikan. Dodi mencontohkan bagaimana tim pengembangan Akses ini tiap pagi melakukan stand-up meeting dan berkumpul di war room agar bisa berkolaborasi secara intensif. Namun perubahan kultur ini memang dibutuhkan seiring keinginan Adira Finance menjadi perusahaan yang customer-centric. “Jadi kita harus selalu tahu needs konsumen seperti apa” tambah Dodi.
Keyakinan yang sama juga diungkapkan Hafid Hadeli. “Adira Finance memang bukan pemain digital yang advance, tapi kita harus mulai belajar dari sekarang” ungkap Hafid. Apalagi, teknologi digital adalah sebuah kepastian yang tidak bisa dihindari lagi. “Kesiapan itu penting untuk bisa bersaing di era digital” tambah Hafid.
Yang tak kalah penting, digital memungkinkan Adira Finance membantu konsumennya. “Karena semua digital business intinya adalah mempermudah hidup penggunanya” ungkap Hafid.