Facebook tengah menggarap proyek baru berbasis kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Kali ini, proyek tersebut bergerak di sektor kesehatan dan bekerja sama dengan Departemen Radiologi New York University (NYU).
Premisnya, Facebook dan NYU ingin mempercepat proses pemindaian (scan) dengan Magnetic Resonance Imaging ( MRI).
Selama ini, MRI digunakan untuk membantu mengidentifikasi penyakit pasien secara mengeluruh.
MRI memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. Dalam proses MRI, pasien harus berbaring dan masuk ke tabung pemindaian.
Keseluruhan proses bisa memakan waktu sekitar 30 hingga 40 menit. Menurut Facebook, penyematan AI pada proses MRI memungkinkan proses pemindaian 10 kali lebih cepat.
Hal ini karena AI yang dikembangkan telah diberikan akses ke sekitar 3 juta gambar MRI dari 10.000 kasus klinis.
Alhasil, pola-polanya telah terekam dan sistem lebih cepat membaca hasil MRI. Facebook sesumbar data klinis yang diakses telah dianonimkan. Tak ada identitas pasien yang bocor, melainkan hanya pola-pola penyakit yang teridentifikasi via MRI.
Kendati prosesnya lebih cepat dan -bisa jadi- tak terlalu menegangkan bagi psikologis pasien, masih ada kontroversi dari sistem MRI berbasis AI.
Pasalnya, bisa saja AI luput membaca pola-pola tertentu sehingga ada data-data pemeriksaan yang tak lengkap.
Facebook pun mengakui hal ini. Kendati begitu, Facebook berdalih AI akan semakin cerdas seiring dengan makin banyak data yang diakses dari contoh kasus klinis di lapangan.
“Kuncinya adalah melatih AI untuk mengenali struktur dasar gambar pemindaian untuk memperkaya pandangan analisisnya,” kata Facebook seperti dikutip BusinessInsider.